asecara keseluruhan wajah ruang berita tradisional. Untuk itu, salah satu komponen penting dalam transformasi ruang berita menuju konvergensi adalah peranan manajer media atau orang yang bertanggung jawab terhadap kepemimpinan organisasi media secara keseluruhan.
Respon Paper #7 ini akan secara khusus membicarakan mengenai konvergensi dari sudut pandang studi manajemen, diantaranya mengkombinasikan antara pembicaraan utama dengan manajer di beberapa media yang telah memberlakukan konvergensi ruang berita dengan riset dan teori tentang manajemen yang ada. Selain itu juga akan menjelaskan mengenai teori-teori manajemen yang berlaku dan struktur yang (mungkin) sesuai dengan pemberlakuan konvergensi dalam ruang berita misalnya struktur fisik, struktur manajemen, dan lain sebagainya.
Di awal tahun 2008 The Media Center, The America Press Institute's Convergence Tracker (2008) mendata ada sekitar 107 hubungan konvergensi. Beberapa contoh terbaik tentang penerapan konvergensi di Amerika adalah Media General’s News Center di Tampa, The Tribune Co.'s di Chicago, dan The Bello Corp.'s di Dallas. Dalam ketercapaian konvergensi kerja, Chris Kelley, Editor dari Belo Interactive-Dallas, mengaku senang dengan progres yang dialami oleh Belo, namun ia mengakui bahwa apa yang dicapai oleh Belo saat ini belumlah sempurna. Meski begitu kini Belo memiliki reporter TV yang mampu mengisi cerita pendek, reporter surat kabar yang mampu merekam berita (audio report) dan kemudian di tempatkan di media online, serta beberapa news anhcor yang dapat mengisi kolom mingguan online. Namun begitu, ia mengakui bahwa proses menuju tujuan konvergensi yang cenderung utopis bukanlah proses yang mudah dan singkat. Pengalaman kolaborasi Belo (media cetak) dengan TV tersebut menjadi bukti bagaimana konvergensi memiliki dampak besar terhadap ruang berita.
Disamping itu, kesepakatan tentang apa itu konvergensi dan bagaimana konvergensi tersebut terjadi masih menjadi perdebatan. Sebagian scholar (akademisi) dan jurnalis percaya bahwa konvergensi meninggalkan kekuatan permanen pada industri jurnalisme, seperti halnya penemuan pada teknologi cetak. Untuk itu, artinya manajer media kini musti mampu menentukan metode terbaik dan memiliki keahlian manajemen untuk mengantisipasi perubahan yang diakibatkan oleh konvergensi tersebut.
Terdapat beberapa macam teori manajemen yang bisa dipakai untuk membantu pengimplementasian konvergensi pada ruang berita. Teori Manajemen Administratif milik Henry Fayol misalnya. Teori Manajemen Administratif berfokus pada apa yang ia sebut sebagai aktivitas manajerial. Aktivitas-aktivitas tersebut merupakan aktivitas umum yang dilakukan para manajer saat ini, diantaranya planning, organizing, commanding, coordinating, dan controling. Salah satu faktor teori yang dipertimbangkan untuk perubahan pada ruang berita adalah Hawthorne Effect, yakni bila manajer memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh pekerjanya, maka produktivitas akan meningkat dengan sendirinya.
“If managers pay attention to the needs of their employees, productivity will most likely increase.”
- Hawthorne Effect (Pringle & Starr, 1999, p.7)
Pengaplikasian dari Hawthorne Effect pada ruang berita adalah pemenuhan kebutuhan reporter akan penilaian kerja dan keinginan atas apresiasi. Dengan pemenuhan tersebut, meski pekerjaan yang ada meningkat (workload increase) dan tanpa diiringi dengan kenaikan gaji, reporter akan terus mengejar kecintaannya terhadap jurnalisme, asal manajer memberi mereka atensi dan apresiasi. Teori lainnya yang berhubungan dengan ruang berita adalah milik Frederick Herzberg. Dimana sikap dan perliaku pekerja dimotivasi oleh self-esteem dan self actualization yakni dengan memberi mereka tanggung jawab, kesempatan untuk berkembang, dan mengakui pencapaiannya.
Pengelolaan manajemen ruang berita sangat menantang. Ia harus membawahi berbagai macam peran seperti reporter, fotografer, anchor, dan graphic desainer. Pada haikatnya, reporter adalah pekerjaan yang secara natural dilakukan oleh individu (work as individuals). Seperti yang di ungkapan oleh Doug Fisher "News gathering is a cottage industry relies on individual relationship with sources". Namun, disisi lain, proses produksi adalah sebuah kerja tim. Untuk itu Fisher menambahkan bahwa “Convergence is news production but it has to start with the raw information”. Hal tersebutlah yang membuat manajer harus memiliki dua keahlian. Mereka harus ahli dalam mengelola SDM kreatif serta dalam waktu yang bersamaan memiliki pengelolaan yang baik terhadap sisi produksi atau manajemen logistik.
Organisasi media yang sudah memberlakukan konvergensi umumnya membawahi banyak media seperti koran, televisi, dan majalah sekaligus. Hubungan yang terjadi pada organisasi media tersebut seharusnya mampu memfasilitasi proses konvergensi yang bergantung pada kerja tim dan komunikasi multiplatform. Mentransformasikan ruang berita dalam proses konvergensi merupakan tantangan untuk melakukan pelatihan, merubah budaya organisasi, dan manajemen style. Staff harus mampu beradaptasi dengan tugas baru, siklus produksi baru, dan cara baru untuk berpikir terhadap penyebaran berita yang baru. Sayangnya, perubahan tersebut bukan perubahan yang mudah.
Terdapat 4 rekomendasi yang berkaitan dengan transisi menuju konvergensi ruang berita yang menurut LeNoir (1987) merupakan substansial challenge yakni 1) Structuralist; melihat jalannya organisasi media berada dalam konteks kekuatan yang lebih besar dari dirinya sendiri yang kemudian mengharuskan organisasi media untuk menyesuaikan diri dengan kekuatan-kekuatan di luar dirinya tersebut, seperti tekanan ekonomi, 2) The Strategic Choice, memiliki strategi manajemen yang berdampak pada efektivitas organisasi khususnya pilihan terhadap arah organisasi yang hendak dicapai. Hal tersebut akan mempengaruhi alokasi kekuatan, positioning, dsb, 3) In Collective Action, Organisasi dan lingkungan harus mendefinisikan kembali satu sama lain sesuai dengan konteks yang disajikan oleh agen perubahan yakni dalam hal ini adalah konvergensi. Teknologi akan terus berubah, sehingga manajer media harus mencari cara untuk hidup berdampingan dan mengambil manfaat dari teknologi baru, 4) The Natural Sellection, hal ini mengadopsi konsep Darwinisme. Media yang tidak dapat beradaptasi dengan perubahan dan tidak memberlakukan konvergensi akan menjadi tertinggal. By accepting the changes to the media environment and adapting to new ideas, media managers and their newsroom will ensure their future existence.
Sehingga, tipe manajemen yang dapat mendorong kebermanfaatan dari konvergensi adalah tipe kepemimpinan yang melibatkan partisipasi dan memperhatikan keseluruhan pelaku organisasi.
“Effective leaders can accomplish their vision –in this case, convergence – by creating an atmosphere in which organizational members are guided partners”
(Redmond & Trager, 2004, p.183)
Referensi:
Grant A. E. & Wilkinson, J. S. (2009). Understanding Media Convergence: The State of the Field, NY:Oxford University Press
Thursday, October 31, 2013
Cerita Sukses Pengusaha Muda
aCerita sukses pengusaha muda yang ini sangatlah luar biasa, jatuh bangun dalam menitih karir dibisnis kuliner membuatnya semakin handal disetiap tantangan dan cobaan saat menghadapi masalah. Akan banyak sekali yang kita petik dari cerita perjalanan kesuksesan pengusaha muda yang satu ini.
Yang pasti semangat wirausaha tertanam di jiwa dan raga Rangga Umara untuk selalu konsisten dijalur entrepreneur. Menghadapi semua masalah walaupun sulit dan akhirnya membuahkan hasil yang manis sekali. Saya berharap cerita sukses pengusaha muda Rangga Umara bisa menginspirasi kita semua untuk tetap maju dan berjuang dijalur wirausaha yang lebih mandiri.
Rangga Umara
Sebelum di-PHK dari jabatan manajer di sebuah perusahaan, Rangga Umara (31) memilih jualan pecel lele di pinggir jalan. Modal cekak membuat ia terjerat hutang renternir. Bagaimana jatuh-bangun Rangga membangun usaha bisnis RM Pecel Lele Lela? Yuk, simak kisahnya.
”Selamat Pagi!” Begitu sapaan khas di RM Lele Lela, begitu Anda masuk ke sana. Tak peduli Anda datang pada pagi, siang, sore, atau malam, tetap disambut dengan ucapan, “Selamat pagi!”
Begitulah aku “mendoktrin” stafku dalam menyambut tamu di rumah makan Lele Lela milikku. Hal itu kulakukan agar para karyawan termotivasi dan produk yang disediakan selalu segar seperti segarnya suasana pagi hari.
Lela bukanlah nama istri atau anak-anakku, melainkan singkatan dari Lebih Laku. Oh, ya, kenalkan, namaku Rangga Umara. Meski usiaku tergolong muda, 31 tahun, pahit getirnya membangun usaha sudah kurasakan sejak bertahun-tahun lalu, sebelum akhirnya RM Pecel Lele Lela dikenal luas. RM ini kudirikan sejak Desember 2006. Bolehlah kini dibilang sukses. Sebab, aku telah melewati masa - masa sulit. Karena itu, aku lebih bisa menghargai jerih payahku, menghargai hidup dan orang lain.
Profesi yang kugeluti ini bisa dibilang melenceng dari pekerjaan bapakku, Deddy Hasanudin, seorang ustaz dan ibuku, Tintin Martini, pegawai negeri yang sebentar lagi bakal memasuki masa pensiun.
Dulu, cita-citaku memang menjadi pengusaha. Namun, entah kenapa akhirnya aku kuliah di sebuah perguruan tinggi di Bandung Jurusan Manajemen Informatika. Ilmu akademis ini mengantarku bekerja di sebuah perusahaan pengembang di Bekasi sebagai marketing communication manager di perusahaan itu.
Sayang, setelah hampir lima tahun bekerja, kuketahui kondisi perusahaan sedang tidak sehat. Hal itu membuat banyak karyawan di-PHK. Saat itulah aku tersadar, aku tinggal menunggu giliran. Karena itu aku mulai memikirkan lebih serius soal rencana hidupku berikutnya. Yang jelas, saat itu yang terpikir olehku, tak ingin lagi menjadi karyawan kantoran karena sewaktu-waktu bisa menghadapi masalah PHK lagi.
Nekat Wirausaha
Akhirnya, aku bertekad ingin membuka usaha sendiri. Sayangnya aku bingung mau berbisnis apa. Sebelumnya, aku pernah membuka beberapa usaha kecil-kecilan, antara lain penyewaan komputer, tapi bisnisku selalu gagal. Setelah kupikir-pikir, kuputuskan membuka usaha di bidang kuliner. Alasannya sederhana saja, aku suka sekali makan.
Aku memilih membuka warung seafood seperti yang banyak ditemukan di kaki lima. Modalku hanya Rp 3 juta. Uang itu kuperoleh dari hasil menjual barang-barang pribadiku ke teman-teman, antara lain telepon genggam, parfum, dan jam tangan. Sampai sekarang, barang-barang itu masih disimpan mereka, katanya buat kenang-kenangan. Istriku, Siti Umairoh yang seumur denganku, mendukung keputusanku.
Awalnya, ia pikir aku hanya berbisnis sampingan saja seperti sebelumnya, karena aku mulai berjualan sebelum mengundurkan diri dari perusahaan. Ia kaget ketika aku benar-benar menekuni bisnis ini, meski tetap saja ia mendukung.
Yang keberatan justru orang tuaku. Mungkin mereka khawatir memikirkan masa depan anaknya yang jadi tidak jelas. Maklum aku yang sebelumnya kerja kantoran dengan berbaju rapi, malah jadi terkesan luntang-lantung tidak jelas.
Warung semi permanen berukuran 2x2 meter persegi kudirikan di daerah Pondok Kelapa. Lantaran modal pas-pasan, aku mencari yang sewanya cukup murah, sekitar Rp 250 ribu per bulan. Aku mempekerjakan tiga orang, dua di antaranya adalah suami-istri. Berbeda dari warung seafood di kaki lima yang umumnya bertenda biru dan berspanduk putih, warungku kudesain unik.
Ternyata, desain unik tak membantu penjualan. Tiga bulan pertama, hasil penjualan selalu minus. Tak satu pun pembeli datang. Aku mencoba berbesar hati, mungkin warungku sepi lantaran banyak yang tidak tahu keberadaan warung tendaku itu. Aku mulai melirik lokasi lain yang lebih ramai. Kutawarkan sistem kerjasama dengan rumah makan dan warung lain, tapi selalu ditolak.
Sampai suatu hari, aku mendatangi sebuah rumah makan semi permanen di kawasan tempat makan, masih di kawasan Pondok Kelapa. Seperti yang lain, pemilik rumah makan ini juga menolak tawaran kerjasamaku. Ia justru menawariku membeli peralatan rumah makannya yang hendak ia tutup lantaran sepi pembeli. Aku menolak, karena tak punya uang. Akhirnya, ia menawarkan sewa tempat seharga Rp 1 juta per bulan. Aku pun setuju.
Mirip Pisang Goreng
Bulan pertama buka usaha, mulai tampak hasilnya. Pembeli mulai berdatangan. Aku tahu, usaha yang bisa sukses dan bertahan adalah usaha yang punya spesialisasi. Kuputuskan untuk berjualan pecel lele, makanan favoritku sejak kuliah. Ya, semasa kuliah dulu, aku rajin berburu warung pecel lele yang enak. Kupikir, orang yang khusus berjualan makanan dari lele belum ada.
Lagi-lagi, nasib baik belum sepenuhnya berpihak kepadaku. Begitu aku berjualan lele, yang laku justru ayam. Kalau menu ayam habis, pembeli langsung memilih pulang. Namun, aku tak mau menyerah. Karena aku tahu lele itu enak. Jadi, ketika para pembeli duduk menikmati hidangan, aku berkeliling meja, minta mereka mencicipi lele hasil masakan kami. Syukurlah, mereka berpendapat masakannya enak.
Dari situ, aku berusaha lebih giat untuk memperkenalkan masakan lele. Aku berusaha menonjolkan kelebihan lele yang terletak pada dagingnya yang lembut dan gurih. Untuk menutupi kekurangan tampilan fisik lele yang mungkin kurang menarik, lelenya aku baluri tepung lalu digoreng. Hasilnya? Gagal total!
Kuamati lele berbalur tepung itu. He..he..he.. ternyata memang mirip pisang goreng. Aku pantang menyerah. Kucoba lagi menggoreng lele dengan tepung. Kali ini, digoreng dengan telur dan melalui beberapa kali proses. Alhamdulillah, sukses! Pembeli makin suka makan lele olahan kami. Pelangganku yang suka makan ayam, mulai beralih ke lele tepung.
Setelah tiga bulan pindah ke tempat baru itu, pendapatan rumah makanku meningkat menjadi Rp 3 juta per bulan. Aku sangat bersyukur. Dari situ aku berpikir untuk lebih total menekuni bisnis ini. Apalagi bila dibandingkan dengan penghasilanku sebagai karyawan kantoran yang cuma “tiga koma”. Maksudnya, setelah tanggal tiga, lalu “koma” Ha… ha.. ha…
Terjebak Rentenir
Tahu usahaku laris, pemilik rumah makan menaikkan biaya sewa jadi dua kali lipat, yaitu Rp 2 juta per bulan. Aku mulai merasa seolah-olah bekerja untuk orang lain karena hasil yang kuraih hanya untuk membayar sewa tempat.
Masalah bertambah lagi karena aku juga harus memikirkan gaji karyawan. Kuputar otakku guna mendapatkan uang untuk membayar gaji karyawan. Aku sudah mantap tidak akan kerja kantoran lagi. Sebab ada tiga orang karyawan yang menggantungkan nasibnya padaku.
Aku mencoba tetap bertahan, walaupun pendapatanku masih minus. Saking pusingnya, di awal 2007 aku nekat berhutang pada seorang rentenir sebesar Rp 5 juta, sekadar untuk menggaji karyawan. Aku berprinsip, dalam kondisi seperti apa pun, karyawan tetap harus diprioritaskan.
Setelah berkali-kali jatuh bangun merintis Pecel Lele Lela, akhirnya Rangga mulai mereguk manisnya madu berbisnis kuliner. Usahanya kian menanjak, terutama setelah banyak orang tertarik menjadi pewaralaba Pecel Lele Lela.
Syukurlah, masalah demi masalah yang menimpa usahaku satu per satu berhasil kulalui. Selain pantang menyerah setiap kali bertemu masalah, aku juga tak ingin terfokus pada masalah yang sedang kuhadapi. Aku lebih suka mencari peluang untuk membuka jalan keluar. Bukannya lari dari masalah, lho. Cara seperti ini justru membuatku terus berpikir optimis dan semangat mencari solusi terbaik.
Berkat lele goreng tepung andalan, rumah makanku semakin ramai pengunjung. Pecinta lele dari berbagai kawasan datang ke rumah makanku di Pondok Kelapa untuk menikmatinya. Senang rasanya melihat perubahan positif ini, terutama bila mengingat bulan-bulan pertama yang sepi pembeli. Ini membuatku makin bersemangat mengajak kerjasama dengan lebih banyak orang lagi.
Sehingga, akhirnya aku bisa segera pindah dari tempat makan pertama yang kusewa seharga Rp 2 juta per bulan. Menu lele yang disediakan pun makin beragam, antara lain lele goreng tepung, lele fillet kremes, dan lele saus padang. Tiga menu inilah yang jadi andalan kami, bahkan jadi favorit pembeli hingga kini.
Namun, di balik kesuksesanku, cobaan kembali menimpa. Salah satu kokiku berhenti bekerja. Belakangan, aku tahu ternyata ia membuka usaha sejenis sepertiku. Apakah aku marah? Tidak. Aku justru kecewa mengapa ia tak memberitahuku sejak awal. Kalau saja tahu, aku pasti akan mendukungnya. Tak bisa kita berharap orang akan seterusnya loyal bekerja pada kita. Aku senang, kok, melihat orang lain maju.
Aku juga senang bila usahaku bisa menginspirasi dan bermanfaat bagi orang lain. Bagiku, rezeki sudah ada yang mengatur. Bahkan ketika saat ini banyak orang berbisnis kuliner lele sepertiku, aku tak menganggap mereka sebagai ancaman. Ini justru memotivasiku untuk terus berusaha lebih baik. Namun, tak urung aku kelimpungan dengan mundurnya sang koki. Apalagi, saat itu rumah makanku mulai ramai.
Istriku kini juga ikut membantu mengembangkan usahaku.
Buka Waralaba
Berkat kerja keras para karyawan, rumah makanku tetap bisa berjalan seperti biasa. Suatu hari, dalam perjalanan pulang ke rumah orangtuaku di Bandung, aku mampir ke sebuah restoran cepat saji asal Amerika. Di situlah aku bertemu Bambang, teman lamaku saat SMA. Dulu, kami sering main basket bareng. Rupanya, Bambang bekerja di restoran itu sebagai manajer.
Aku lalu bercerita, aku sudah punya rumah makan dan mempersilakannya untuk mampir bila ada waktu. Tak disangka, beberapa minggu kemudian ia datang berkunjung ke rumah makanku yang sebetulnya lokasinya sangat jauh dari tempat kerjanya.
Dari situlah kami banyak mengobrol soal bisnis rumah makan. Aku juga curhat soal kebingunganku sebelumnya ketika ditinggal koki. Bambang lalu banyak memberi masukan, bagaimana mengelola sebuah rumah makan. Tertarik dengan saran-sarannya, akhirnya aku menjadikannya sebagai konsultan, meski kecil-kecilan.
Sebagai honornya, aku mengganti uang bensinnya. Ia membantuku membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) menjalankan rumah makan. Dengan cara seperti ini, aku tak lagi kelimpungan bila ditinggal koki. Bambang juga melatih para karyawan sehingga mereka bekerja lebih profesional, sesuai SOP.
Peran Bambang memang cukup besar. Rupanya, ia menaruh perhatian pada rumah makanku ini, sehingga akhirnya ia berhenti bekerja dari tempatnya bekerja dan pindah kerja padaku. Bahkan, temannya banyak yang mengikuti jejaknya. Kini, Bambang jadi General Manager untuk Pecel Lele Lela.
Syukurlah, dengan adanya SOP ini, usahaku jadi makin berkembang. Aku bisa membuka cabang lagi. Istriku juga ikut membantu usahaku. Bahkan, atas permintaan banyak orang, sejak 2009 Pecel Lele Lela mulai kuwaralabakan. Sebenarnya, aku tak punya rencana untuk mewaralabakannya. Namun, para peminat justru mendukungku untuk melakukannya.
Usahaku tak sia-sia, tahun lalu aku mendapat penghargaan dari Menteri UKM.
Raih Penghargaan
Banyaknya permintaan bisnis waralaba, membuatku akhirnya tak bisa menolak untuk mewaralabakan Pecel Lele Lela. Ya, hitung-hitung lebih memperkenalkan rumah makanku kepada lebih banyak orang sekaligus bagi-bagi rezeki. Meski awalnya permintaan waralaba hanya berasal dari Jabodetabek, kini mulai merambah ke daerah. Di antaranya, Bandung, Yogyakarta, Karawang, dan Purwokerto.
Beberapa cabang lagi akan dibuka dalam waktu dekat, di Medan dan beberapa kota lain. Bahkan, sudah ada permintaan waralaba dari orang-orang Indonesia yang tinggal di Jeddah, Penang, Kuala Lumpur, dan Singapura. Rencananya, cabang-cabang di luar negeri akan direalisasikan tahun ini. Alhamdulillah, kini Pecel Lele Lela telah memiliki 27 cabang, 3 di antaranya adalah milikku sendiri.
Nama Lela sendiri sebenarnya bukan nama istriku atau anak-anakku. Kedua anakku laki-laki, Razan Muhammad (2,5) dan Ghanny Adzra Umara (1,5). Lela hanyalah sebuah singkatan, yaitu Lebih Laku. Ini sekaligus menjadi doa buatku, agar usahaku makin lancar. Alhamdulillah, Ramadan lalu Pecel Lele Lela ikut mengisi menu acara buka bersama yang diadakan Presiden SBY di Istana Negara, yang dihadiri para menteri dan duta dari negara sahabat.
Selain itu, tahun lalu aku juga menerima penghargaan dari Menteri Perikanan dan Kelautan karena usahaku dinilai paling inovatif dalam mengenalkan dan mengangkat citra lele dengan menciptakan makanan kreatif sekaligus mendorong peningkatan konsumsi ikan. Penghargaan lain yang juga kuraih, Indonesian Small and Medium Business Entrepreneur Award (ISMBEA) 2010 dari Menteri Usaha Kecil dan Menengah.
Dua penghargaan ini makin memotivasi diriku untuk lebih bekerja giat sekaligus senang karena usahaku membuat lele jadi menu modern ternyata tak sia-sia. Kini, selain sibuk mengembangkan Pecel Lele Lela, aku juga kerap diundang jadi pembicara di berbagai seminar, termasuk di kampus-kampus di seluruh Indonesia. Senang rasanya berbagi ilmu, agar mereka kelak bisa menciptakan lapangan kerja sendiri.
Mentraktir karyawan makan di restoran lain jadi salah satu caraku menghargai hasil kerja mereka.
Gratis Makan
Cita-citaku untuk jadi pengusaha kini tercapai sudah. Asal tahu saja, dulu aku pernah bermimpi punya rumah makan dengan konsep seperti restoran cepat saji terkenal. Kini, pelan-pelan mimpi itu mulai terwujud. Aku sendiri tak pernah membayangkan usahaku akan sesukses ini. Banyak orang bilang, kesuksesanku terbilang cepat datangnya.
Aku sangat bersyukur, kini omzet seluruh cabang mencapai Rp 1,8 miliar per bulan, mengingat dulu aku punya banyak rasa takut untuk memulai. Sampai kini, aku masih memegang keyakinan, jika kita mau fokus dalam melangkah, pasti akan sukses.
Prinsipku yang lain sejak memulai usaha adalah selalu mengawali sesuatu dengan akhir yang positif. Maksudnya, aku selalu memikirkan bagaimana nanti kalau usahaku sukses, bukan sebaliknya. Dengan demikian, aku selalu optimis.
Inovasi juga harus jadi kebiasaan, selain terus meningkatkan kualitas dan pencitraan Pecel Lele Lela. Itu sebabnya, kini aku sedang menggodok konsep baru untuk jangka panjang. Diversifikasi menu dan pencitraan Pecel Lele Lela sendiri juga semakin kupikirkan.
Kini, ada banyak pilihan menu lele di Pecel Lele Lela. Untuk menarik hati pembeli, Pecel Lele Lela juga menggratiskan hidangannya bagi pembeli yang berulang tahun di hari kedatangannya. Dan, pembeli bernama Lela juga akan mendapat keistimewaan berupa makan gratis seumur hidup. Menarik, bukan?
Namun, kesuksesan yang kuraih bukan semata-mata kematangan konsep dan kelezatan menu saja, lho. Para karyawan juga punya andil besar. Itu sebabnya, penting bagiku membuat mereka betah dan bekerja dengan hati.
Sebagai penghargaan, tak jarang mereka kutraktir makan di restoran lain. Jika hati senang, mereka juga pasti akan bekerja dengan semangat. Oh ya, soal logo Pecel Lele Lela yang sempat diprotes kedai kopi asal Amerika karena dianggap mirip, juga sudah kuganti sejak membuka cabang ke-16. Doakan aku makin sukses, ya! (Sumber : http://www.tabloidnova.com/)
Seru sekali bukan? Cerita sukses pengusaha muda ini sangatlah membuat kita akan semakin bersemangat dan bisa membuka wawasan baru serta ide-ide segar untuk meningkatkan bisnis kita masing-masing. Saya berharap cerita sukses pengusaha muda ini bermanfaat bagi kita semua untuk semangat para pengusaha muda, salm sukses !
Yang pasti semangat wirausaha tertanam di jiwa dan raga Rangga Umara untuk selalu konsisten dijalur entrepreneur. Menghadapi semua masalah walaupun sulit dan akhirnya membuahkan hasil yang manis sekali. Saya berharap cerita sukses pengusaha muda Rangga Umara bisa menginspirasi kita semua untuk tetap maju dan berjuang dijalur wirausaha yang lebih mandiri.
Rangga Umara
Sebelum di-PHK dari jabatan manajer di sebuah perusahaan, Rangga Umara (31) memilih jualan pecel lele di pinggir jalan. Modal cekak membuat ia terjerat hutang renternir. Bagaimana jatuh-bangun Rangga membangun usaha bisnis RM Pecel Lele Lela? Yuk, simak kisahnya.
”Selamat Pagi!” Begitu sapaan khas di RM Lele Lela, begitu Anda masuk ke sana. Tak peduli Anda datang pada pagi, siang, sore, atau malam, tetap disambut dengan ucapan, “Selamat pagi!”
Begitulah aku “mendoktrin” stafku dalam menyambut tamu di rumah makan Lele Lela milikku. Hal itu kulakukan agar para karyawan termotivasi dan produk yang disediakan selalu segar seperti segarnya suasana pagi hari.
Lela bukanlah nama istri atau anak-anakku, melainkan singkatan dari Lebih Laku. Oh, ya, kenalkan, namaku Rangga Umara. Meski usiaku tergolong muda, 31 tahun, pahit getirnya membangun usaha sudah kurasakan sejak bertahun-tahun lalu, sebelum akhirnya RM Pecel Lele Lela dikenal luas. RM ini kudirikan sejak Desember 2006. Bolehlah kini dibilang sukses. Sebab, aku telah melewati masa - masa sulit. Karena itu, aku lebih bisa menghargai jerih payahku, menghargai hidup dan orang lain.
Profesi yang kugeluti ini bisa dibilang melenceng dari pekerjaan bapakku, Deddy Hasanudin, seorang ustaz dan ibuku, Tintin Martini, pegawai negeri yang sebentar lagi bakal memasuki masa pensiun.
Dulu, cita-citaku memang menjadi pengusaha. Namun, entah kenapa akhirnya aku kuliah di sebuah perguruan tinggi di Bandung Jurusan Manajemen Informatika. Ilmu akademis ini mengantarku bekerja di sebuah perusahaan pengembang di Bekasi sebagai marketing communication manager di perusahaan itu.
Sayang, setelah hampir lima tahun bekerja, kuketahui kondisi perusahaan sedang tidak sehat. Hal itu membuat banyak karyawan di-PHK. Saat itulah aku tersadar, aku tinggal menunggu giliran. Karena itu aku mulai memikirkan lebih serius soal rencana hidupku berikutnya. Yang jelas, saat itu yang terpikir olehku, tak ingin lagi menjadi karyawan kantoran karena sewaktu-waktu bisa menghadapi masalah PHK lagi.
Nekat Wirausaha
Akhirnya, aku bertekad ingin membuka usaha sendiri. Sayangnya aku bingung mau berbisnis apa. Sebelumnya, aku pernah membuka beberapa usaha kecil-kecilan, antara lain penyewaan komputer, tapi bisnisku selalu gagal. Setelah kupikir-pikir, kuputuskan membuka usaha di bidang kuliner. Alasannya sederhana saja, aku suka sekali makan.
Aku memilih membuka warung seafood seperti yang banyak ditemukan di kaki lima. Modalku hanya Rp 3 juta. Uang itu kuperoleh dari hasil menjual barang-barang pribadiku ke teman-teman, antara lain telepon genggam, parfum, dan jam tangan. Sampai sekarang, barang-barang itu masih disimpan mereka, katanya buat kenang-kenangan. Istriku, Siti Umairoh yang seumur denganku, mendukung keputusanku.
Awalnya, ia pikir aku hanya berbisnis sampingan saja seperti sebelumnya, karena aku mulai berjualan sebelum mengundurkan diri dari perusahaan. Ia kaget ketika aku benar-benar menekuni bisnis ini, meski tetap saja ia mendukung.
Yang keberatan justru orang tuaku. Mungkin mereka khawatir memikirkan masa depan anaknya yang jadi tidak jelas. Maklum aku yang sebelumnya kerja kantoran dengan berbaju rapi, malah jadi terkesan luntang-lantung tidak jelas.
Warung semi permanen berukuran 2x2 meter persegi kudirikan di daerah Pondok Kelapa. Lantaran modal pas-pasan, aku mencari yang sewanya cukup murah, sekitar Rp 250 ribu per bulan. Aku mempekerjakan tiga orang, dua di antaranya adalah suami-istri. Berbeda dari warung seafood di kaki lima yang umumnya bertenda biru dan berspanduk putih, warungku kudesain unik.
Ternyata, desain unik tak membantu penjualan. Tiga bulan pertama, hasil penjualan selalu minus. Tak satu pun pembeli datang. Aku mencoba berbesar hati, mungkin warungku sepi lantaran banyak yang tidak tahu keberadaan warung tendaku itu. Aku mulai melirik lokasi lain yang lebih ramai. Kutawarkan sistem kerjasama dengan rumah makan dan warung lain, tapi selalu ditolak.
Sampai suatu hari, aku mendatangi sebuah rumah makan semi permanen di kawasan tempat makan, masih di kawasan Pondok Kelapa. Seperti yang lain, pemilik rumah makan ini juga menolak tawaran kerjasamaku. Ia justru menawariku membeli peralatan rumah makannya yang hendak ia tutup lantaran sepi pembeli. Aku menolak, karena tak punya uang. Akhirnya, ia menawarkan sewa tempat seharga Rp 1 juta per bulan. Aku pun setuju.
Mirip Pisang Goreng
Bulan pertama buka usaha, mulai tampak hasilnya. Pembeli mulai berdatangan. Aku tahu, usaha yang bisa sukses dan bertahan adalah usaha yang punya spesialisasi. Kuputuskan untuk berjualan pecel lele, makanan favoritku sejak kuliah. Ya, semasa kuliah dulu, aku rajin berburu warung pecel lele yang enak. Kupikir, orang yang khusus berjualan makanan dari lele belum ada.
Lagi-lagi, nasib baik belum sepenuhnya berpihak kepadaku. Begitu aku berjualan lele, yang laku justru ayam. Kalau menu ayam habis, pembeli langsung memilih pulang. Namun, aku tak mau menyerah. Karena aku tahu lele itu enak. Jadi, ketika para pembeli duduk menikmati hidangan, aku berkeliling meja, minta mereka mencicipi lele hasil masakan kami. Syukurlah, mereka berpendapat masakannya enak.
Dari situ, aku berusaha lebih giat untuk memperkenalkan masakan lele. Aku berusaha menonjolkan kelebihan lele yang terletak pada dagingnya yang lembut dan gurih. Untuk menutupi kekurangan tampilan fisik lele yang mungkin kurang menarik, lelenya aku baluri tepung lalu digoreng. Hasilnya? Gagal total!
Kuamati lele berbalur tepung itu. He..he..he.. ternyata memang mirip pisang goreng. Aku pantang menyerah. Kucoba lagi menggoreng lele dengan tepung. Kali ini, digoreng dengan telur dan melalui beberapa kali proses. Alhamdulillah, sukses! Pembeli makin suka makan lele olahan kami. Pelangganku yang suka makan ayam, mulai beralih ke lele tepung.
Setelah tiga bulan pindah ke tempat baru itu, pendapatan rumah makanku meningkat menjadi Rp 3 juta per bulan. Aku sangat bersyukur. Dari situ aku berpikir untuk lebih total menekuni bisnis ini. Apalagi bila dibandingkan dengan penghasilanku sebagai karyawan kantoran yang cuma “tiga koma”. Maksudnya, setelah tanggal tiga, lalu “koma” Ha… ha.. ha…
Terjebak Rentenir
Tahu usahaku laris, pemilik rumah makan menaikkan biaya sewa jadi dua kali lipat, yaitu Rp 2 juta per bulan. Aku mulai merasa seolah-olah bekerja untuk orang lain karena hasil yang kuraih hanya untuk membayar sewa tempat.
Masalah bertambah lagi karena aku juga harus memikirkan gaji karyawan. Kuputar otakku guna mendapatkan uang untuk membayar gaji karyawan. Aku sudah mantap tidak akan kerja kantoran lagi. Sebab ada tiga orang karyawan yang menggantungkan nasibnya padaku.
Aku mencoba tetap bertahan, walaupun pendapatanku masih minus. Saking pusingnya, di awal 2007 aku nekat berhutang pada seorang rentenir sebesar Rp 5 juta, sekadar untuk menggaji karyawan. Aku berprinsip, dalam kondisi seperti apa pun, karyawan tetap harus diprioritaskan.
Setelah berkali-kali jatuh bangun merintis Pecel Lele Lela, akhirnya Rangga mulai mereguk manisnya madu berbisnis kuliner. Usahanya kian menanjak, terutama setelah banyak orang tertarik menjadi pewaralaba Pecel Lele Lela.
Syukurlah, masalah demi masalah yang menimpa usahaku satu per satu berhasil kulalui. Selain pantang menyerah setiap kali bertemu masalah, aku juga tak ingin terfokus pada masalah yang sedang kuhadapi. Aku lebih suka mencari peluang untuk membuka jalan keluar. Bukannya lari dari masalah, lho. Cara seperti ini justru membuatku terus berpikir optimis dan semangat mencari solusi terbaik.
Berkat lele goreng tepung andalan, rumah makanku semakin ramai pengunjung. Pecinta lele dari berbagai kawasan datang ke rumah makanku di Pondok Kelapa untuk menikmatinya. Senang rasanya melihat perubahan positif ini, terutama bila mengingat bulan-bulan pertama yang sepi pembeli. Ini membuatku makin bersemangat mengajak kerjasama dengan lebih banyak orang lagi.
Sehingga, akhirnya aku bisa segera pindah dari tempat makan pertama yang kusewa seharga Rp 2 juta per bulan. Menu lele yang disediakan pun makin beragam, antara lain lele goreng tepung, lele fillet kremes, dan lele saus padang. Tiga menu inilah yang jadi andalan kami, bahkan jadi favorit pembeli hingga kini.
Namun, di balik kesuksesanku, cobaan kembali menimpa. Salah satu kokiku berhenti bekerja. Belakangan, aku tahu ternyata ia membuka usaha sejenis sepertiku. Apakah aku marah? Tidak. Aku justru kecewa mengapa ia tak memberitahuku sejak awal. Kalau saja tahu, aku pasti akan mendukungnya. Tak bisa kita berharap orang akan seterusnya loyal bekerja pada kita. Aku senang, kok, melihat orang lain maju.
Aku juga senang bila usahaku bisa menginspirasi dan bermanfaat bagi orang lain. Bagiku, rezeki sudah ada yang mengatur. Bahkan ketika saat ini banyak orang berbisnis kuliner lele sepertiku, aku tak menganggap mereka sebagai ancaman. Ini justru memotivasiku untuk terus berusaha lebih baik. Namun, tak urung aku kelimpungan dengan mundurnya sang koki. Apalagi, saat itu rumah makanku mulai ramai.
Istriku kini juga ikut membantu mengembangkan usahaku.
Buka Waralaba
Berkat kerja keras para karyawan, rumah makanku tetap bisa berjalan seperti biasa. Suatu hari, dalam perjalanan pulang ke rumah orangtuaku di Bandung, aku mampir ke sebuah restoran cepat saji asal Amerika. Di situlah aku bertemu Bambang, teman lamaku saat SMA. Dulu, kami sering main basket bareng. Rupanya, Bambang bekerja di restoran itu sebagai manajer.
Aku lalu bercerita, aku sudah punya rumah makan dan mempersilakannya untuk mampir bila ada waktu. Tak disangka, beberapa minggu kemudian ia datang berkunjung ke rumah makanku yang sebetulnya lokasinya sangat jauh dari tempat kerjanya.
Dari situlah kami banyak mengobrol soal bisnis rumah makan. Aku juga curhat soal kebingunganku sebelumnya ketika ditinggal koki. Bambang lalu banyak memberi masukan, bagaimana mengelola sebuah rumah makan. Tertarik dengan saran-sarannya, akhirnya aku menjadikannya sebagai konsultan, meski kecil-kecilan.
Sebagai honornya, aku mengganti uang bensinnya. Ia membantuku membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) menjalankan rumah makan. Dengan cara seperti ini, aku tak lagi kelimpungan bila ditinggal koki. Bambang juga melatih para karyawan sehingga mereka bekerja lebih profesional, sesuai SOP.
Peran Bambang memang cukup besar. Rupanya, ia menaruh perhatian pada rumah makanku ini, sehingga akhirnya ia berhenti bekerja dari tempatnya bekerja dan pindah kerja padaku. Bahkan, temannya banyak yang mengikuti jejaknya. Kini, Bambang jadi General Manager untuk Pecel Lele Lela.
Syukurlah, dengan adanya SOP ini, usahaku jadi makin berkembang. Aku bisa membuka cabang lagi. Istriku juga ikut membantu usahaku. Bahkan, atas permintaan banyak orang, sejak 2009 Pecel Lele Lela mulai kuwaralabakan. Sebenarnya, aku tak punya rencana untuk mewaralabakannya. Namun, para peminat justru mendukungku untuk melakukannya.
Usahaku tak sia-sia, tahun lalu aku mendapat penghargaan dari Menteri UKM.
Raih Penghargaan
Banyaknya permintaan bisnis waralaba, membuatku akhirnya tak bisa menolak untuk mewaralabakan Pecel Lele Lela. Ya, hitung-hitung lebih memperkenalkan rumah makanku kepada lebih banyak orang sekaligus bagi-bagi rezeki. Meski awalnya permintaan waralaba hanya berasal dari Jabodetabek, kini mulai merambah ke daerah. Di antaranya, Bandung, Yogyakarta, Karawang, dan Purwokerto.
Beberapa cabang lagi akan dibuka dalam waktu dekat, di Medan dan beberapa kota lain. Bahkan, sudah ada permintaan waralaba dari orang-orang Indonesia yang tinggal di Jeddah, Penang, Kuala Lumpur, dan Singapura. Rencananya, cabang-cabang di luar negeri akan direalisasikan tahun ini. Alhamdulillah, kini Pecel Lele Lela telah memiliki 27 cabang, 3 di antaranya adalah milikku sendiri.
Nama Lela sendiri sebenarnya bukan nama istriku atau anak-anakku. Kedua anakku laki-laki, Razan Muhammad (2,5) dan Ghanny Adzra Umara (1,5). Lela hanyalah sebuah singkatan, yaitu Lebih Laku. Ini sekaligus menjadi doa buatku, agar usahaku makin lancar. Alhamdulillah, Ramadan lalu Pecel Lele Lela ikut mengisi menu acara buka bersama yang diadakan Presiden SBY di Istana Negara, yang dihadiri para menteri dan duta dari negara sahabat.
Selain itu, tahun lalu aku juga menerima penghargaan dari Menteri Perikanan dan Kelautan karena usahaku dinilai paling inovatif dalam mengenalkan dan mengangkat citra lele dengan menciptakan makanan kreatif sekaligus mendorong peningkatan konsumsi ikan. Penghargaan lain yang juga kuraih, Indonesian Small and Medium Business Entrepreneur Award (ISMBEA) 2010 dari Menteri Usaha Kecil dan Menengah.
Dua penghargaan ini makin memotivasi diriku untuk lebih bekerja giat sekaligus senang karena usahaku membuat lele jadi menu modern ternyata tak sia-sia. Kini, selain sibuk mengembangkan Pecel Lele Lela, aku juga kerap diundang jadi pembicara di berbagai seminar, termasuk di kampus-kampus di seluruh Indonesia. Senang rasanya berbagi ilmu, agar mereka kelak bisa menciptakan lapangan kerja sendiri.
Mentraktir karyawan makan di restoran lain jadi salah satu caraku menghargai hasil kerja mereka.
Gratis Makan
Cita-citaku untuk jadi pengusaha kini tercapai sudah. Asal tahu saja, dulu aku pernah bermimpi punya rumah makan dengan konsep seperti restoran cepat saji terkenal. Kini, pelan-pelan mimpi itu mulai terwujud. Aku sendiri tak pernah membayangkan usahaku akan sesukses ini. Banyak orang bilang, kesuksesanku terbilang cepat datangnya.
Aku sangat bersyukur, kini omzet seluruh cabang mencapai Rp 1,8 miliar per bulan, mengingat dulu aku punya banyak rasa takut untuk memulai. Sampai kini, aku masih memegang keyakinan, jika kita mau fokus dalam melangkah, pasti akan sukses.
Prinsipku yang lain sejak memulai usaha adalah selalu mengawali sesuatu dengan akhir yang positif. Maksudnya, aku selalu memikirkan bagaimana nanti kalau usahaku sukses, bukan sebaliknya. Dengan demikian, aku selalu optimis.
Inovasi juga harus jadi kebiasaan, selain terus meningkatkan kualitas dan pencitraan Pecel Lele Lela. Itu sebabnya, kini aku sedang menggodok konsep baru untuk jangka panjang. Diversifikasi menu dan pencitraan Pecel Lele Lela sendiri juga semakin kupikirkan.
Kini, ada banyak pilihan menu lele di Pecel Lele Lela. Untuk menarik hati pembeli, Pecel Lele Lela juga menggratiskan hidangannya bagi pembeli yang berulang tahun di hari kedatangannya. Dan, pembeli bernama Lela juga akan mendapat keistimewaan berupa makan gratis seumur hidup. Menarik, bukan?
Namun, kesuksesan yang kuraih bukan semata-mata kematangan konsep dan kelezatan menu saja, lho. Para karyawan juga punya andil besar. Itu sebabnya, penting bagiku membuat mereka betah dan bekerja dengan hati.
Sebagai penghargaan, tak jarang mereka kutraktir makan di restoran lain. Jika hati senang, mereka juga pasti akan bekerja dengan semangat. Oh ya, soal logo Pecel Lele Lela yang sempat diprotes kedai kopi asal Amerika karena dianggap mirip, juga sudah kuganti sejak membuka cabang ke-16. Doakan aku makin sukses, ya! (Sumber : http://www.tabloidnova.com/)
Seru sekali bukan? Cerita sukses pengusaha muda ini sangatlah membuat kita akan semakin bersemangat dan bisa membuka wawasan baru serta ide-ide segar untuk meningkatkan bisnis kita masing-masing. Saya berharap cerita sukses pengusaha muda ini bermanfaat bagi kita semua untuk semangat para pengusaha muda, salm sukses !
tugas 2
PENGORGANISASIAN STRUKTUR MANAJEMEN
A. Definisi Pengorganisasian
Argandona (2003) menyebutkan organisasi sebagai sekelompok orang yang bekerja secara terkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama melalui suatu wadah tertentu.
Bagi organisasi, orang-orang merupakan sumber utama pengetahuan, yang mana pengetahuan ini akan didistribusikan, dipertukarkan, dan disempurnakan melalui interaksi antar anggota, untuk mencapai tujuan organisasi (Deng dan Tsacle, 2003).
Melalui pembelajaran, manusia akan menjalani proses pengembangan karakter yang memberdayakan seluruh potensi yang dimiliki (Berkowitz dan Bier, 2004). Dalam konteks ini, partisipasi aktif setiap anggota organisasi dalam proses pembelajaran akan merepresentasikan organisasi pembelajar (Winter, 2000).
Jadi pengorganisasian adalah sekelompok orang yang bekerjasama yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama melalui pembelajaran.
B. Definisi Struktur Organisasi
Jennifer M. George and Gary Jones mendefinisikan struktur organisasi sebagai
“the formal system of task and reporting relationships that controls, coordinates, and motivates employees so that they cooperate and work together to achieve an organization’s goal.”[1]
Penulis lain, misalnya John A. Wagner and John R. Hollenbeck mendefinisikan struktur organisasi sebagai
“... a system of interrelated jobs ... comprises a relatively stable network of inter-connection of inderdependencies among the different people and tasks that make up an organization .... an organization’s structure differentiates among its parts even as it helps to keep those parts interconnected ... it creates and reinforces relationships of interdependence among the people and groups within it.”[2]
Mullins mendefinisikan struktur organisasi sebagai
“ ...pattern of relationship among positions in the organisation and among members of the organisation. Structure makes possible the applicaton of the process of management and creates a framework of order and command through which the activities of the organisation can be planned, organised, directed and controlled.”[3]
Sementara itu, Marilyn M. Helms mendefinisikan struktur organisasi sebagai
“ ...the way that an organization arranges people and jobs so that its work can be performed and its goals can be met. When a workgroup is very small, and face-to-face communication is frequent, formal structure may be unnecessary, but in a larger organizaton decisions have to be made about the delegation of various tasks. Thus, procedures are established that assign responsibilities for various functions. It is these decisions that determine the organizational structure.”[4]
Terakhir, Stephen P. Robbins secara singkat mendefinisikan struktur organisasi sebagai konsep yang “ ...defines how job tasks are formally divided, grouped and coordinated.”[5]
Lima definisi sebagaimana telah dipaparkan menekankan definisi struktur organisasi pada pola hubungan antar anggota organisasi, tugas-tugas yang harus dijalankan oleh mereka, struktur-struktur satu sama lain saling bergantung, aktivitas organisasi harus direncanakan, diorganisasikan, diarahkan, dikendalikan, demi mencapai tujuan organisasi. Dalam konteks ini, pembicaraan masuk ke dalam konteks organisasi yang bercorak formal.
Jadi, Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan meninjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.
C. Fungsi Manajemen dalam Pengorganisasian
Semua sepakat bahwa fungsi manajemen digunakan untuk mencapai suatu tujuan perusahaan yang efektif dan efesien . Sebagaimana definisi manajemen yang di kemukakan G.R. Terry, bahwa manajemen adalah suatu proses aktivitas organisasi yang dijalankan untuk mencapai suatu tujuannya.
Agar tujuan tersebut dapat dicapai, maka proses manajemen harus dilakukan dengan baik.
Fungsi pengorganisasian dapat dikatakan sebagai proses penciptaan hubungan antara berbagai fungsi personilia dan faktor-faktor fisik agar semua pekerjaan yang dilakukan dapat bermanfaat , serta terarah pada satu tujuan. Seperti dikemukan oleh G.R Terry , bahwa :
“Organizing is the establishing of effective behavioral relationship among persons,so thatmay work efficiently and gain personal satisfaction in doing selected tasksunder given environmental conditions for the purpose of achievening some goal or objective.”
ACTUATING MANAJEMEN
A. Definisi Actuating
Fungsi-fungsi manajemen menurut George R. Terry (Disingkat POAC) dalam Mulyono (2008:23), yaitu “planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan),controlling (pengendalian)”. Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa, “Actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.” Jadi actuating adalah usaha menggerakkan seluruh orang yang terkait, untuk secara bersama-sama melaksanakan program kegiatan sesuai dengan bidang masing-masing dengan cara yang terbaik dan benar.
Actuating merupakan fungsi yang paling fundamental dalam manajemen, karena merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar. Memang diakui bahwa usaha-usaha perencanaan dan pengorganisasian bersifat vital, tetapi tidak akan ada output konkrit yang akan dihasilkan sampai kita mengimplementasi aktivitas-aktivitas yang diusahakan dan yang diorganisasi. Untuk maksud itu maka diperlukan tindakan penggerakan (actuating) atau usaha untuk menimbulkan action. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam penggerakan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
B. Pentingnya Actuating dalam Organisasi
Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan penggerakan seluruh potensi sumber daya manusia dan nonmanusia pada pelaksanaan tugas. Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan.
C. Prinsip Actuating
Prinsip Actuating dan Mencapai Actuating managerial yang efektif
Prinsip-Prinsip Penggerakan
Menurut Kurniawan (2009) prinsip-prinsip dalam penggerakan/actuating antara lain:
• Memperlakukan pegawai dengan sebaik-baiknya.
• Mendorong pertumbuhan dan perkembangan manusia.
• Menanamkan pada manusia keinginan untuk melebihi.
• Menghargai hasil yang baik dan sempurna.
• Mengusahakan adanya keadilan tanpa pilih kasih.
• Memberikan kesempatan yang tepat dan bantuan yang cukup.
• Memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi dirinya.
MENGENDALIKAN FUNGSI MANAJEMEN
A. Definisi Pengendalian (Contorilling)
Pengendalian sebagai sebuah fungsi dari manajemen telah mengalami perkembangan definisi dari masa ke masa, yang cukup popular adalah pendapat Usury dan Hammer (1994:5) yang berpendapat bahwa
“Controlling is management’s systematic efforts to achieve objectives bycomparing performances to plan and taking appropriate action to correct important differences” yang artinya pengendalian adalah sebuah usahasistematik dari manajemen untuk mencapai tujuan dengan membandingkankinerja dengan rencana awal kemudian melakukan langkah perbaikan terhadap perbedaan-perbedaan penting dari keduanya. Namun secara sederhana pengendalian dapat diartikan sebagai proses penyesuaian pergerakan organisasi dengan tujuannya.
efnitions Of Controlling
Pengeritian Pengendalian bisa sangat variatif tergantung kita mengambil dari teori siapa. Di sini ada pengertian engendalian menurut beberapa ahli :
G.R. Terry
Contrlling can be defined as the process of determiniing what is to be accomplished, that is standar; what is being accomplished, that is the performance, evaluating the performance and if necessary appliying corecctive measure so that performance takes places according to plans, that is, in conformity with the standard
Artinya :
Pengendalian dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan recana yaitu selaras dengan standar.
Harold Koontz
Control is the measurement and corrections of the performance of subordinates in order make sure that enterprise objectives and the plans devised to attain then are complished.
Artinya :
Pengendalian adalah pengukuran dan perbaiakan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tuuan-tujuan perusahaan dapat terlaksana.
Sangat jelas sekali bahwasanya fungsi pengendalian yang diambil dari sudut pandang definisi sangat vital dalam suatu perusahaan.
B. Langkah-langkah dalam Controlling
• Menentukan standar-standar yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian.
• Mengukur pelaksanaan atau hasil yang sudah dicapai.
• Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan penyimpangan jika ada.
• Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.
• Meninjau dan menganalisis ulang rencana, apakah sudah benar-benar realistis atau tidak. Jika ternyata belum realistis maka perlu harus diperbaiki.
C. Tipe-tipe Pengendalian (Controlling) dalam Manajemen
Tipe pengendalian manajemen dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Pengendalian preventif (prefentive control). Dalam tahap ini pengendalian manajemen terkait dengan perumusan strategic dan perencanaan strategic yang dijabarkan dalam bentuk program-program.
2. Pengendalian operasional (Operational control). Dalam tahap ini pengendalian manajemen terkait dengan pengawasan pelaksanaan program yang telah ditetapkan melalui alat berupa anggaran. Anggaran digunakan untuk menghubungkan perencanaan dengan pengendalian.
3. Pengendalian kinerja. Pada tahap ini pengendalian manajemen berupa analisis evaluasi kinerja berdasarkan tolok ukur kinerja yang telah ditetapkan.
D. Kontrol Proses Manajemen
Proses Penegendalian Manajemen yang baik sebenarnya formal, namun sifat pengendalian informal masih banyak terjadi. Pengendalian Manajemen formal merupakan tahap-tahap yang dsaling berkaitan sat sama lain, terdiri dari proses:
1. Pemrograman (Programming)
Dalam tahap ini perusahaan menentukan program-program yang dilaksanakan dan memperkirakan sumber daya yang akan dialokasikan untuk setiap program yang telah ditentukan.
2. Penganggaran (Budgeting)
Pada tahap penganggaran ini program yang telah direncanakan secara terperinci dinyatakan dalam satuan moneter untuk suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Anggaran ini berdasarkan pada kumpulan anggaran-anggaran dari pusat pertanggungjawaban.
3. Operasi dan Akuntansi (Operation and Accounting)
Dalam tahap ini telah dilaksanakan pencatatan mengenai berbagai sumber daya yang digunakan dan penerimaan-penerimaan yang dihasilkan. Catatan dan biaya-biaya tersebut digolongkan sesuai dengan program yang telah ditetapkan pusat-pusat tanggung jawabnya. Penggolongan yang sesuai program dipakai sebagai dasar untuk pemrograman dimasa yang akan datang, sedangkan penggolongan yang sesuai dengan pusat tanggung jawab digunakan untuk mengukur kinerja para manajer.
4. Laporan dan Analisis (Reporting and Analysis)
Tahap ini merupakan tahapan yang paling penting, karena menutup suatu siklus dari proses Pengendalian Manajemen agar data untuk proses pertanggungjawaban akuntansi dapat dikumpulkan. Analisis laporan manajemen antara lain dapat berupa:
Perlu tidaknya strategi perusahaan diperiksa kembali
Perlu tidaknya dilakukan penghapusan, penambahan, atau pengubahan program ditahun yang akan datang.
Dari analisis penyimpangan dapat disimpulkan perlunya diadakan perubahan anggaran, apabila sudah tidak realitas.
Dari laporan-laporan dapat diambil kesimpulan perlu adanya perbaikan-perbaikan untuk masalah yang tidak dapat diantisipasi.
Jadi secara konseptual Sistem Pengendalian Manajemen diartikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari beberapa subsistem yang saling berhubungan, yakni pemrograman, pengenggaran, pelaporan akuntabilitas dan kinerja serta sistem pendelegasian wewenang untuk membantu manajemen suatu organisasi/perusahaan untuk mencapai tujuannya melalui strategi tertentu secara efisien dan efektif.
Referensi :
Stoner, James A.F. 1996. Manajemen Edisi Kedua Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Stephan, P.R. 2004. Manajemen; San Diego State University.
Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Actuating dalam wanvisioner.blogspot.com/2009/05/poac-planning-organizing-actuating-and.html diakses tanggal 20 Desember 2012 pukul 07.32 WIB.
Actuating dalam www.sarjanaku.com/2010/06/resume-manajemen-pendidikan.html diakses tanggal 20 Desember 2012 pukul 07.45 WIB.
Akhmad Sudrajat. 2008. Actuating dalam www.fileskripsi.com/2012/10/makalah-manajemen-pendidikan-sekolah.html diakses tanggal 20 Desember 2012 pukul 07.17 WIB.
Arif Rahman Tanjung. 2006. Actuating dalam
A. Definisi Pengorganisasian
Argandona (2003) menyebutkan organisasi sebagai sekelompok orang yang bekerja secara terkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama melalui suatu wadah tertentu.
Bagi organisasi, orang-orang merupakan sumber utama pengetahuan, yang mana pengetahuan ini akan didistribusikan, dipertukarkan, dan disempurnakan melalui interaksi antar anggota, untuk mencapai tujuan organisasi (Deng dan Tsacle, 2003).
Melalui pembelajaran, manusia akan menjalani proses pengembangan karakter yang memberdayakan seluruh potensi yang dimiliki (Berkowitz dan Bier, 2004). Dalam konteks ini, partisipasi aktif setiap anggota organisasi dalam proses pembelajaran akan merepresentasikan organisasi pembelajar (Winter, 2000).
Jadi pengorganisasian adalah sekelompok orang yang bekerjasama yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama melalui pembelajaran.
B. Definisi Struktur Organisasi
Jennifer M. George and Gary Jones mendefinisikan struktur organisasi sebagai
“the formal system of task and reporting relationships that controls, coordinates, and motivates employees so that they cooperate and work together to achieve an organization’s goal.”[1]
Penulis lain, misalnya John A. Wagner and John R. Hollenbeck mendefinisikan struktur organisasi sebagai
“... a system of interrelated jobs ... comprises a relatively stable network of inter-connection of inderdependencies among the different people and tasks that make up an organization .... an organization’s structure differentiates among its parts even as it helps to keep those parts interconnected ... it creates and reinforces relationships of interdependence among the people and groups within it.”[2]
Mullins mendefinisikan struktur organisasi sebagai
“ ...pattern of relationship among positions in the organisation and among members of the organisation. Structure makes possible the applicaton of the process of management and creates a framework of order and command through which the activities of the organisation can be planned, organised, directed and controlled.”[3]
Sementara itu, Marilyn M. Helms mendefinisikan struktur organisasi sebagai
“ ...the way that an organization arranges people and jobs so that its work can be performed and its goals can be met. When a workgroup is very small, and face-to-face communication is frequent, formal structure may be unnecessary, but in a larger organizaton decisions have to be made about the delegation of various tasks. Thus, procedures are established that assign responsibilities for various functions. It is these decisions that determine the organizational structure.”[4]
Terakhir, Stephen P. Robbins secara singkat mendefinisikan struktur organisasi sebagai konsep yang “ ...defines how job tasks are formally divided, grouped and coordinated.”[5]
Lima definisi sebagaimana telah dipaparkan menekankan definisi struktur organisasi pada pola hubungan antar anggota organisasi, tugas-tugas yang harus dijalankan oleh mereka, struktur-struktur satu sama lain saling bergantung, aktivitas organisasi harus direncanakan, diorganisasikan, diarahkan, dikendalikan, demi mencapai tujuan organisasi. Dalam konteks ini, pembicaraan masuk ke dalam konteks organisasi yang bercorak formal.
Jadi, Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan meninjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.
C. Fungsi Manajemen dalam Pengorganisasian
Semua sepakat bahwa fungsi manajemen digunakan untuk mencapai suatu tujuan perusahaan yang efektif dan efesien . Sebagaimana definisi manajemen yang di kemukakan G.R. Terry, bahwa manajemen adalah suatu proses aktivitas organisasi yang dijalankan untuk mencapai suatu tujuannya.
Agar tujuan tersebut dapat dicapai, maka proses manajemen harus dilakukan dengan baik.
Fungsi pengorganisasian dapat dikatakan sebagai proses penciptaan hubungan antara berbagai fungsi personilia dan faktor-faktor fisik agar semua pekerjaan yang dilakukan dapat bermanfaat , serta terarah pada satu tujuan. Seperti dikemukan oleh G.R Terry , bahwa :
“Organizing is the establishing of effective behavioral relationship among persons,so thatmay work efficiently and gain personal satisfaction in doing selected tasksunder given environmental conditions for the purpose of achievening some goal or objective.”
ACTUATING MANAJEMEN
A. Definisi Actuating
Fungsi-fungsi manajemen menurut George R. Terry (Disingkat POAC) dalam Mulyono (2008:23), yaitu “planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan),controlling (pengendalian)”. Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa, “Actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.” Jadi actuating adalah usaha menggerakkan seluruh orang yang terkait, untuk secara bersama-sama melaksanakan program kegiatan sesuai dengan bidang masing-masing dengan cara yang terbaik dan benar.
Actuating merupakan fungsi yang paling fundamental dalam manajemen, karena merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar. Memang diakui bahwa usaha-usaha perencanaan dan pengorganisasian bersifat vital, tetapi tidak akan ada output konkrit yang akan dihasilkan sampai kita mengimplementasi aktivitas-aktivitas yang diusahakan dan yang diorganisasi. Untuk maksud itu maka diperlukan tindakan penggerakan (actuating) atau usaha untuk menimbulkan action. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam penggerakan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
B. Pentingnya Actuating dalam Organisasi
Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan penggerakan seluruh potensi sumber daya manusia dan nonmanusia pada pelaksanaan tugas. Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan.
C. Prinsip Actuating
Prinsip Actuating dan Mencapai Actuating managerial yang efektif
Prinsip-Prinsip Penggerakan
Menurut Kurniawan (2009) prinsip-prinsip dalam penggerakan/actuating antara lain:
• Memperlakukan pegawai dengan sebaik-baiknya.
• Mendorong pertumbuhan dan perkembangan manusia.
• Menanamkan pada manusia keinginan untuk melebihi.
• Menghargai hasil yang baik dan sempurna.
• Mengusahakan adanya keadilan tanpa pilih kasih.
• Memberikan kesempatan yang tepat dan bantuan yang cukup.
• Memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi dirinya.
MENGENDALIKAN FUNGSI MANAJEMEN
A. Definisi Pengendalian (Contorilling)
Pengendalian sebagai sebuah fungsi dari manajemen telah mengalami perkembangan definisi dari masa ke masa, yang cukup popular adalah pendapat Usury dan Hammer (1994:5) yang berpendapat bahwa
“Controlling is management’s systematic efforts to achieve objectives bycomparing performances to plan and taking appropriate action to correct important differences” yang artinya pengendalian adalah sebuah usahasistematik dari manajemen untuk mencapai tujuan dengan membandingkankinerja dengan rencana awal kemudian melakukan langkah perbaikan terhadap perbedaan-perbedaan penting dari keduanya. Namun secara sederhana pengendalian dapat diartikan sebagai proses penyesuaian pergerakan organisasi dengan tujuannya.
efnitions Of Controlling
Pengeritian Pengendalian bisa sangat variatif tergantung kita mengambil dari teori siapa. Di sini ada pengertian engendalian menurut beberapa ahli :
G.R. Terry
Contrlling can be defined as the process of determiniing what is to be accomplished, that is standar; what is being accomplished, that is the performance, evaluating the performance and if necessary appliying corecctive measure so that performance takes places according to plans, that is, in conformity with the standard
Artinya :
Pengendalian dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan recana yaitu selaras dengan standar.
Harold Koontz
Control is the measurement and corrections of the performance of subordinates in order make sure that enterprise objectives and the plans devised to attain then are complished.
Artinya :
Pengendalian adalah pengukuran dan perbaiakan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tuuan-tujuan perusahaan dapat terlaksana.
Sangat jelas sekali bahwasanya fungsi pengendalian yang diambil dari sudut pandang definisi sangat vital dalam suatu perusahaan.
B. Langkah-langkah dalam Controlling
• Menentukan standar-standar yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian.
• Mengukur pelaksanaan atau hasil yang sudah dicapai.
• Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan penyimpangan jika ada.
• Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.
• Meninjau dan menganalisis ulang rencana, apakah sudah benar-benar realistis atau tidak. Jika ternyata belum realistis maka perlu harus diperbaiki.
C. Tipe-tipe Pengendalian (Controlling) dalam Manajemen
Tipe pengendalian manajemen dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Pengendalian preventif (prefentive control). Dalam tahap ini pengendalian manajemen terkait dengan perumusan strategic dan perencanaan strategic yang dijabarkan dalam bentuk program-program.
2. Pengendalian operasional (Operational control). Dalam tahap ini pengendalian manajemen terkait dengan pengawasan pelaksanaan program yang telah ditetapkan melalui alat berupa anggaran. Anggaran digunakan untuk menghubungkan perencanaan dengan pengendalian.
3. Pengendalian kinerja. Pada tahap ini pengendalian manajemen berupa analisis evaluasi kinerja berdasarkan tolok ukur kinerja yang telah ditetapkan.
D. Kontrol Proses Manajemen
Proses Penegendalian Manajemen yang baik sebenarnya formal, namun sifat pengendalian informal masih banyak terjadi. Pengendalian Manajemen formal merupakan tahap-tahap yang dsaling berkaitan sat sama lain, terdiri dari proses:
1. Pemrograman (Programming)
Dalam tahap ini perusahaan menentukan program-program yang dilaksanakan dan memperkirakan sumber daya yang akan dialokasikan untuk setiap program yang telah ditentukan.
2. Penganggaran (Budgeting)
Pada tahap penganggaran ini program yang telah direncanakan secara terperinci dinyatakan dalam satuan moneter untuk suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Anggaran ini berdasarkan pada kumpulan anggaran-anggaran dari pusat pertanggungjawaban.
3. Operasi dan Akuntansi (Operation and Accounting)
Dalam tahap ini telah dilaksanakan pencatatan mengenai berbagai sumber daya yang digunakan dan penerimaan-penerimaan yang dihasilkan. Catatan dan biaya-biaya tersebut digolongkan sesuai dengan program yang telah ditetapkan pusat-pusat tanggung jawabnya. Penggolongan yang sesuai program dipakai sebagai dasar untuk pemrograman dimasa yang akan datang, sedangkan penggolongan yang sesuai dengan pusat tanggung jawab digunakan untuk mengukur kinerja para manajer.
4. Laporan dan Analisis (Reporting and Analysis)
Tahap ini merupakan tahapan yang paling penting, karena menutup suatu siklus dari proses Pengendalian Manajemen agar data untuk proses pertanggungjawaban akuntansi dapat dikumpulkan. Analisis laporan manajemen antara lain dapat berupa:
Perlu tidaknya strategi perusahaan diperiksa kembali
Perlu tidaknya dilakukan penghapusan, penambahan, atau pengubahan program ditahun yang akan datang.
Dari analisis penyimpangan dapat disimpulkan perlunya diadakan perubahan anggaran, apabila sudah tidak realitas.
Dari laporan-laporan dapat diambil kesimpulan perlu adanya perbaikan-perbaikan untuk masalah yang tidak dapat diantisipasi.
Jadi secara konseptual Sistem Pengendalian Manajemen diartikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari beberapa subsistem yang saling berhubungan, yakni pemrograman, pengenggaran, pelaporan akuntabilitas dan kinerja serta sistem pendelegasian wewenang untuk membantu manajemen suatu organisasi/perusahaan untuk mencapai tujuannya melalui strategi tertentu secara efisien dan efektif.
Referensi :
Stoner, James A.F. 1996. Manajemen Edisi Kedua Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Stephan, P.R. 2004. Manajemen; San Diego State University.
Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Actuating dalam wanvisioner.blogspot.com/2009/05/poac-planning-organizing-actuating-and.html diakses tanggal 20 Desember 2012 pukul 07.32 WIB.
Actuating dalam www.sarjanaku.com/2010/06/resume-manajemen-pendidikan.html diakses tanggal 20 Desember 2012 pukul 07.45 WIB.
Akhmad Sudrajat. 2008. Actuating dalam www.fileskripsi.com/2012/10/makalah-manajemen-pendidikan-sekolah.html diakses tanggal 20 Desember 2012 pukul 07.17 WIB.
Arif Rahman Tanjung. 2006. Actuating dalam
Friday, October 11, 2013
Artikel Management Pengertian dan Fungsi
Di dalam kehidupan modern banyak bidang ilmu yang harus kita pelajari. Dengan mempelajari berbagai macam ilmu maka di harapkan kita bisa mencapai taraf kehidupan yang lebih baik dalam segala hal. Salah satu ilmu di mana akan membantu kita untuk mencapai sesuatu yang kita harapkan adalah ilmu manajemen. Di bawah ini kami sampaikan artikel manajemen menarik yang dapat membuat anda faham tentang manajemen
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang baik akan memudahakan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.
Unsur-unsur manajemen terdiri dari: man, money, method, machines, materials dan market. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Fungsi-fungsi manajemen yaitu Planning, Organizing, Actuating dan Controlling. Pengertian fungsi-fungsi yang dilaksanakan dalam proses manajemen sebagai berikut:
Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa.
Pengorganisasian (Organizing)
menjelaskan pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara para anggota organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien. Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya.
Pengarahan (Actuating)
Bagian yang termasuk dalam manajemen pengarahan sebagai berikut:
Bagian yang termasuk dalam manajemen pengarahan sebagai berikut:
Motivasi: Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan memelihara perilaku manusia. Motivasi merupakan subyek yang penting bagi manajer, karena menurut definisi manajer harus bekerja dengan dan melalui orang lain. Manajer perlu memahami orangorang berprilaku tertentu agar dapat mempengaruhinya untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan organisasi. Motivasi adalah subyek membingungkan, karena motif tidak dapat diamati atau diukur secara langsung, tetapi harus disimpulkan dari perilaku orang yang tampak.
Pengawasan (Controlling)
Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah diterapakan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpanganpenyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Demikianlah artikel menejemen menarik untuk anda. Semoga dengan membaca dasar dasar ilmu menejemen di atas anda akan bisa mencapai apa yang anda inginkan dengan cara yang lebih efektif.
Karakter Seorang Pemimpin Sejati
Karakter Seorang Pemimpin Sejati
Setiap kita memiliki kapasitas untuk menjadi pemimpin. Dalam tulisan ini saya memperkenalkan sebuah jenis kepemimpinan yang saya sebut dengan Q Leader. Kepemimpinan Q dalam hal ini memiliki empat makna. Pertama, Q berarti kecerdasan atau intelligence (seperti dalam IQ – Kecerdasan Intelektual, EQ – Kecerdasan Emosional, dan SQ – Kecerdasan Spiritual). Q Leader berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ—EQ—SQ yang cukup tinggi. Kedua, Q Leader berarti kepemimpinan yang memiliki quality, baik dari aspek visioner maupun aspek manajerial.
Ketiga, Q Leader berarti seorang pemimpin yang memiliki qi (dibaca ‘chi’ – bahasa Mandarin yang berarti energi kehidupan). Makna Q keempat adalah seperti yang dipopulerkan oleh KH Abdullah Gymnastiar sebagai qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah seseorang yang sungguh-sungguh mengenali dirinya (qolbu-nya) dan dapat mengelola dan mengendalikannya (self management atau qolbu management).
Menjadi seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar dan bertumbuh senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence – quality – qi — qolbu) yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun pencapaian makna kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin.
Untuk menutup tulisan ini, saya merangkum kepemimpinan Q dalam tiga aspek penting dan saya singkat menjadi 3C , yaitu:
1. Perubahan karakter dari dalam diri (character change)
2. Visi yang jelas (clear vision)
3. Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence)
Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara internal (pengembangan kemampuan intrapersonal, kemampuan teknis, pengetahuan, dll) maupun dalam hubungannya dengan orang lain (pengembangan kemampuan interpersonal dan metoda kepemimpinan).
Seperti yang dikatakan oleh John Maxwell: ”The only way that I can keep leading is to keep growing. The day I stop growing, somebody else takes the leadership baton. That is the way it always it.” Satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa bertumbuh. Ketika saya berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil alih kepemimpinan tersebut.
Nama : Adila hadaina Arifin
Kelas : 3PA02
NPM : 10511193
Thursday, October 3, 2013
Pengertian Manajemen (Tugas 1)
Tulisan 1
Apa itu Manajemen ?
Manajemen adalah Suatu Proses dalam rangka mencapai tujuan dengan bekerja
bersama melalui orang-orang dan sumber daya organisasi lainnya.
Dalam
mengartikan dan mendefinisikan manajemen ada berbagai ragam, ada yang
mengartikan dengan ketatalaksanaan, manajemen, manajemen pengurusan dan lain
sebagainya. Bila dilihat dari literatur-literatur yang ada, pengertian manajemen dapat dilihat
dari tiga pengertian :
1. manajemen
sebagai suatu proses
2. manajemen
sebagai suatu kolektivitas manusia
3. manajemen
sebagai ilmu (science) dan sebagai seni (art).
Manajemen
sebagai suatu proses, melihat bagai mana cara orang untuk mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Manajemen
suatu kolektivitas yaitu merupakan suatu sekumpulan dari orang-orang yang
bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kolektivitas atau kumpulan
orang-orang inilah yang disebut dengan manajemen, sedang orang yang bertanggung
jawab terhadap terlaksananya suatu tujuan atau berjalannya aktivitas manajemen
disebut manajer.
Manajemen
sebagai suatu ilmu dan seni, melihat bagaimana aktivitas manajemen dihubungkan
dengan prinsip-prinsipdari manajemen.
Dari
definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen yaitu koordinasi semua
sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penetapan tenaga
kerja, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
terlebih dahulu.
Jenis-jenis Manajemen
A. Manajemen
Sumber Daya Manusia adalah penerapan manajemen berdasarkan fungsinya untuk memperoleh
sumber daya manusia yang terbaik bagi bisnis yang kita jalankan dan bagaimana
sumber daya manusia yang terbaik tersebut dapat dipelihara dan tetap bekerja
bersama kita dengan kualitas pekerjaan yang senantiasa konstan ataupun
bertambah.
1. Kompetensi
Umum
a. Seleksi
b. Penilaian
kinerja
c. Perencanaan
karir
2. Kompetensi
Khusus
a. Staffing
b. Evaluasi
kinerja
c. Pelatihan
d. Pengembangan
e. Reward
& recognition
B. Manajemen
Pemasaran adalah kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada intinya berusaha untuk mengidentifikasi apa
sesungguhnya yang dibutuhkan oleh konsumen, dana bagaimana cara pemenuhannya
dapat diwujudkan.
1. Kompetensi
umum
a. ahli
pemasaran internasional
b. manajemen merk
c. sistem
informasi pemasaran
d. pemasaran
internet
e. pemasaran
relasional atau pemasaran jasa.
2. Kompetensi
Khusus
a. Komunikasi
Pemasaran
b. Kebijakan
Harga
c. Peramalan
Penjualan
d. Statistika
Bisnis
e. Manajemen
Pembelian & Penjualan
f. Bisnis
Eceran
g. Manajemen
Pemasaran,
C. Manajemen
Produksi adalah penerapan manajemen berdasarkan fungsinya untuk menghasilkan
produk yang sesuai dengan standar yang ditetapkan berdasarkan keinginan
konsumen, dengan teknik produksi yang seefisien mungkin, dari mulai pilihan
lokasi produksi hingga produk akhir yang dihasilkan dalam proses produksi.
1. Kompetensi
Umum
a. Memahami
sistem produksi
b. Memahami
proses material handling
c. Menerapkan
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)
d. Kompetensi
Khusus
e. Memahami
perkembangan manajemen produksi
f. Memahami
penentuan lokasi pabrik
g. Menyusun
tata letak peralatan pabrik
h. Memahami
perencanaan produk
i. Memahami
rancang bangun proses produksi
j. Memahami
teknik pemeliharaan
k. Memahami
perencanaan kebutuhan material
Apa itu kepemimpinan ? Banyak
definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan
dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat. Dalam kasus
ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan
aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. John C. Maxwell
mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan
pengikut.
Beberapa
pendapat tentang kepemimpinan :
1. Ordway
Tead (1935)
Kepemimpinan adalah
aktifitas mempengaruhi orang- orang agar mau bekerja sama untuk mencapai
beberapa tujuan yang mereka inginkan.
2. Refter
(1941)
Kepemimpinan adalah
sesuatu kemampuan untuk mengajak atau mengarahkan orang orang tanpa memakai
pembawa atau kekuatan formal jabatan atau keadan luar .
3. G.
L. Freeman atau E. K. Taylor (1950)
Kepemimpinan adalah
kemampuan untuk menciptakan kegiatan kelompok
mencapai tujuan organisasi sehingga efektifitas maksimum dan kerjasama
dari tiap-tiap individu.
4. Ralp
M. Stogdill
Kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan sekelompok orang yang terorganisir dalam
usaha mereka menepatkan tujuan dan mencapainya
5. Franklyn
S. Haiman (1951)
Kepemimpinan adalah
suatu usaha untuk mengarahkan prilaku orang lain guna mencapai tujuan khusus.
6. Dubin
(1951)
Kepemimpinan adalah
menggunakan wewenang dan membuat keputusan- keputusan
7. Fred
E. Tiedler (1967)
Kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi aktivitas kelompok untuk menentukan tujuan dan mencapainya.
8. Harold
Koontz dan Cyrill O. Ddonnell (1976)
Kepemimpinan adalah
seni membujuk bawahan untuk menyelesaikan pekerjaan- pekerjaan mereka dengan
semangat keyakinan.
9. Keith
Devis (1977)
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mengajak orang lain untuk mencapai tujuan tertentu dengan penuh semangat.
10. Paul
Hersey dan Kenneth H. Blanchard (1982)
Kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam situasi tertentu .
Atas
dasar itu dapatlah disimpulkan bahwa :
Kepemimpinan
adalah : Rangkaian kegiatan penatan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku
orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Abdul, Mukhyi, Muhammad, Pengantar Manajemen UmumI, Edisi pertama cetakan kedua, Universitas Gunadarma, Jakarta, 1995
Nama : Adila Hadaina Arifin
Kelas : 3PA 03
NPM : 10511193
Nama : Adila Hadaina Arifin
Kelas : 3PA 03
NPM : 10511193
Subscribe to:
Posts (Atom)