Sunday, April 28, 2013

KRITERIA KEPRIBADIAN YANG MATANG (ALLPORT)

Dalam diri individu yang matang kita menemukan seorang pribadi yang tingkah lakunya ditentukan oleh sekumpulan sifat yang terorganisasi dan harmonis. Penentu utama tingkah laku dewasa yang masak adalah seperangkat sifat yang terorganisir dan seimbang yang mengawali dan membimbing tingkah laku sesuai dengan psinsip otonomi fungsional.

Tidak semua orang dewasa mencapai kematangan penuh. Ada individu-individu yang sudah dewsa namun motivasi-motivasinya masih bersifat kekanak-kanakan. Rupanya tidak semua orang dewasa bertingkah laku mengikuti prinsip-prinsip yang jelas dan rasional. Akan tetapi sejauh mana mereka menghindari motivasi-motivasi yang tidak disadari dan sejauh mana sifat-sifat mereka tidak lagi berhubungan dengan sumber-sumber yang berasal dari masa kanak-kanak memang bisa dijadikan ukuran normalitas dan kematangan mereka. Hanya dalam diri individu yang sangat tergantung kita menemukan orang dewasa yang bertingkah laku tanpa menyadari apa sebabnya ia bertingkah laku demikian, yang tingkah lakunya lebih erat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa kanak-kanak daripada dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi kini atau pada masa yang akan datang.

Adapun ciri-ciri atau kriteria dari kerpibadian yang matang menurut Allport yaitu :

Perluasan diri (extension of the self). Artinya hidupnya tidak boleh terikat secara sempit pada sekumpulan aktifitas yang erat hubungannya dengan kebutuhan-kebutuhan dan kewajiban-kewajiban pokoknya. Harus dapat mengambil bagian dan menikmati macam-macam aktivitas yang berbeda-beda. Salah satu aspek dari perluasan diri adalah proyeksi ke masa depan, yakni merencanakan dan mengharapkan.
Kemampuan menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain (Warm relating of self to other), baik dalam bentuk hubungan yang mendalam maupun tidak mendalam, memiliki dasar rasa aman dan menerima dirinya sendiri.
Memiliki orientasi yang realistik (Self Objectification). Dua komponen utama dari  Self Objectification adalah humor dan insight. Insight disini adalah kapasitas individu untuk memahami dirinya sendiri, meskipun tidak jelas bagaimana menemukan suatu standar yang cocok untuk membandingkan kepercayaan-kepercayaan individu yang bersangkutan. Perasaan humor tidak hanya menunjukkan kapasitas untuk menemukan kesenangan dan gelak tawa dalam hal sehari-hari, tetapi juga kemampuan untuk membina hubungan-hubungan positif dengan diri sendiri dan dengan objek-objek yang dicintai, serta menyadari adanya ketidakselarasan dalam hal ini.
Filsafat hidup (Philosophy of life). Walaupun individu itu harus dapat obyektif dan bahkan menikmati kejadian-kejadian dalam hidupnya, namun mestilah ada latar belakang yang mendasari segala sesuatu yang dikerjakannya, yang memberinya arti dan tujuan. Religi merupakan salah satu hal yang penting dalam hal ini.
Kemampuan menghindari reaksi berlebihan terhadap masalah (Emotional security). Masalah disini adalah masalah yang menyinggung drives spesifik (misalnya, menerima dorongan seks, memuaskan sebaik mungkin, tidak menghalangi tetapi juga tidak membiarkan bebas) dan mentoleransi frustasi, perasaan seimbang.
Realistic perceptions, skill, assignments, kemampuan memandang orang, obyek dan situasi seperti apa adanya, kemampuan dan minat memecahkan masalah , memiliki keterampilan yang cukup untuk menyelesaikan tugas yang dipilihnya, dapat memenuhi kebutuhan ekonomi kehidupan tanpa rasa panic, rendah diri, atau tingkah laku destruksi diri lainnya.


PERkEMBANGAN KEPRIBADIAN ROGERS

Rogers tidak memfokuskan diri untuk mempelajari “tahap”  pertumbuhan dan perkembangan kepribadian, namun dia lebih tertarik untuk meneliti dengan cara yang lain yaitu dengan bagaimana evaluasi dapat menuntun untuk membedakan antara pengalaman dan apa yang orang persepsikan tentang pengalaman itu sendiri.

Contoh sederhana dapat dilihat sebagai berikut: seorang gadis kecil yang memiliki konsep diri bahwa ia seorang gadis yang baik, sangat dicintai oleh orangtuanya, dan yang terpesona dengan kereta api kemudian menungkapkan pada orang tuanya bahwa ia ingin menjadi insinyur mesin dan akhirnya menjadi kepala stasiun kereta api. Orang tua gadis tersebut sangat tradisional, bahkan tidak mengijikan ia untuk memilih pekerjaan yang diperutukan laki-laki. Hasilnya gadis kecil itu mengubah konsep dirinya. Dia memutuskan bahwa dia adalah gadis yang “tidak baik” karena tidak mau menuruti keinginan orang tuanya. Dia berfikir bahwa orang tuanya tidak menyukainya atau mungkin dia memutuskan bahwa dia tidak tertarik pada pekerjaan itu selamanya.

Beberapa pilihan sebelumnya akan mengubah realitas seorang anak karena ia tidak buruk dan orangtuanya sangat menyukai dia dan dia ingin menjadi insinyur. Self image dia akan keluar dari tahapan pengalaman aktualnya. Rogers berkata jika gadis tersebut menyangkal nilai-nilai kebenarannya dengan membuat pilihan yang ketiga – menyerah dari ketertarikannya – dan jika ia meneruskan sesuatu sebagai nilai yang di tolak oleh orang lain, dirinya akan berakhir dengan melawan dirinya sendiri. Dia akan merasa seolah-olah dirinya tidak mengetahui dengan jelas siapa dirinya sendiri dan apa yang dia inginkan, maka ia akan berkepribadian keras, tidak nyaman,

Jika penolakan menjadi style, dan orang tidak menyadari ketidaksesuaian dalam dirinya maka kecemasan dan ancaman muncul akibat dari orang yang sangat sadar dengan ketidaksesuaian itu. Sedikit saja seseorang menyadari bahwa perbedaan antara pengalaman organismik dengan konsep diri yang tidak muncul ke kesadaran telah membuatnya merasakan kecemasan. Rogers mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan ketidaknyamanan atau ketegangan yang sebabnya tidak diketahui. Ketika orang semakin menyadari ketidaksesuaian antara pengalaman dengan persepsi dirinya, kecemasan berubah menjadi ancaman terhadap konsep diri yang sesuai. Kecemasan dan ancaman yang menjadi indikasi adanya ketidaksesuaian diri dengan pengalaman membuat orang berada dalam perasaan tegang yang tidak menyenangkan namun pada tingkat tertentu kecemasan dan ancaman itu dibutuhkan untuk mengembangkan diri memperoleh jiwa yang sehat.

Bila seseorang, antara “self concept”nya dengan organisme mengalami keterpaduan, maka hubungan itu disebut kongruen (cocok) tapi bila sebaliknya maka disebut Inkongruen (tidak cocok) yang bisa menyebabkan orang mengalami sakit mental, seperti merasa terancam, cemas, defensive dan berpikir kaku serta picik. Sedangkan ciri-ciri orang yang mengalami sehat secara psikologis (kongruen), dalam Syamsu dan Juntika (2010:145) disebutkan sebagai berikut :

Seseorang mampu mempersepsi dirinya, orang lain dan berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya secara objektif
Terbuka terhadap semua pengalaman, karena tidak mengancam konsep dirinya
Mampu menggunakan semua pengalaman
Mampu mengembangkan diri ke arah aktualisasi diri (fully functioning person). Orang yang telah mencapai fully functioning person ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
«  Memiliki kesadaran akan semua pengalaman. Bersikap terbuka terhadap perasaan positif(keteguhan dan kelembutan hati) maupun negative (rasa takut dan sakit).

«  Mengalami kehidupan secara penuh dan pantas setiap saat.

«  Memiliki rasa percaya diri atau memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri berdasarkan pengalaman yang pernah di alaminya.

«  Memiliki perasaan bebas untuk memilih tanpa hambatan apapun

«  Berpikir kreatif dan mampu menjalani kehidupan secara konstruktif dan adaptif terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya.



TEORI HIRARKI KEBUTUHAN INDIVIDU MASLOW

Abraham maslow merupakan salah satu tokoh terkenal yang mengusulkan teori hirarki kebutuhan pada tahun 1943. Teori ini merupakan penggambaran klasik dari motivasi manusia. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa ada hirarki dari lima kebutuhan dari setiap individu. Mendesaknya kebutuhan individu bervariasi.

Lima kebutuhan individu :



1. Kebutuhan fisiologis, ini adalah kebutuhan dasar udara, air, pakaian, makanan, dan tempat tinggal. Dengan kata lain kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan untuk fasilitas dasar hidup.
2. Kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan keselamatan meliputi fisiak, kemanan lingkungan dan emosional dan perlindungan.
3. Kebutuhan sosial, kebutuhan sosial termasuk kebutuhan akan cinta, kasih sayang, perawatan, rasa akan memiliki, dan persahabatan.

4. kebutuhan esteem, terdiri dari kebutuhan internal dan eksternal. Kebutuhan internal (harga diri, kepercayaan diri, kompetensi, prestasi dan kebebasan). Kebutuhan eksternal (pengakuan, kekuasaan, status, perhatian, dan kekaguman.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri, ini termasuk dorongan untuk menjadi apa yang individu mau, dan memanfaatkan potensi yang anda miliki untuk menjadi apa yang anda cita-citakan. Ini termasuk kebutuhan akan pertumbuhan dan kepuasan diri. Hal ini juga termasuk keinginan untuk memperoleh lebih banyak pengetahuan, pelayanan sosial, kretivitas, dan menjadi estetika. Pada kebutuhan aktualisasi diri tidak sepenuhnya terpenuhi, Sebagian individu tumbuh dengan kekurangan dan faktor psikologis yang berbeda, dimana peluang dan kesempatan datang ke yang dimiliki individu berbeda-beda.

Menurut maslow individu dimotivasi oleh kebutuhan yang tidak terpuaskan, meskipun kebutuhan ini terpuaskan karena adanya dorongan dan sifat dasar manusia yang tidak merasa puas maka munculah keinginan baru. Maslow mengelompokkan lima kebutuhan menjadi dua kategori:
1. Kebutuhan tingkat tinggi (kebutuhan sosial, kepuasan esteem, kebutuhan akan aktualisasi diri).
2. Kebutuhan tingkat rendah(kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman).

Sumber :
          Hall, S Calvin. 1993. Teori-teori Sifat dan Behavioristik. Yogyakarta : Kanisius

-          Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Rajawali Pers

-          Hand Out pengantar Psikologi Kepribadian, non Psikoanalitik.


Jarvis, Matt. (2006). Teori-Teori Psikologi. Bandung: Nusa Media dan Nuansa.

Mahmud. (2005). Psikologi Pendidikan Mutakhir. Bandung:Sahiva

Samsyu Yusuf dan Juntika Nurihsan. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Rosda

No comments:

Post a Comment