|
Percobaan
pertama : Indera Penglihatan Mata
Nama Percobaan :
Refleks (Reaksi Pupil)
Nama Subjek Percobaan : Adila Hadaina Arifin dan Anggun Kumaladewi
Tempat Percobaan : Laboratorium
Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan : Untuk
mengetahui serta memahami reaksi-reaksi yang terjadi pada pupil mata.
b. Dasar Teori : Pupil adalah celah lingkaran yang dibentuk oleh iris,
dibelakang iris terdapat lensa. Pupil dapat mengecil pada akomodasi dan konversi. Akomodasi adalah kemampuan lensa mata
untuk mencembung akibat kontraksi otot siliaris. Otot siliaris atau otot polos
dapat merenggang dan mengendorkan selaput yang menggantungkan lensa. Akomodasi
dapat menyebabkan daya pembiasan lensa bertambah kuat. Selain akomodasi,
terjadi konversi sumbu penglihatan dan kontriksi pupil bila seseorang melihat
benda yang dekat.
Mengecilnya pupil karena cahaya ialah lebarnya pupil
diatur oleh iris sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima oleh mata.
Ditempat yang gelap dimana intensitas cahayanya kecil maka pupil akan menbesar,
agar cahaya dapat lebih banyak masuk kemata. Ditempat yang sangat terang dimana
intensitas cahayanya cukup tinggi atau besar maka pupil akan mengecil, agar
cahaya lebih sedikit masuk kemata untuk menghindari mata agar tidak selalu,
bila mata diarahkan kesalah satu mata pupil akan berkontraksi, kejadian
tersebut dinamakan refleks pupil atau refleks cahaya pupil.
Refleks pupil dapat dilihat dari mengecil dan membesarnya
pupil. Akomodasi adalah perubahan dalam lekukan lensa mata dalam menanggapi
satu perubahan dalam melihat jarak dan kemampuan berakomodasi disebut tempo
akomodasi.
Daya akomodasi mata diatur melalui syaraf parasimpatis,
perangsangan syaraf parasimpatis menimbulkan kontraksi otot siliaris yang
selanjutnya akan mengendurkan gligamen lensa dan meningkatkan daya
bias. Dengan meningkatkan daya bias, mata mampu melihat objek lebih dekat
dibanding waktu daya biasnya rendah. Akibatnya dengan mendekatnya objek kearah
mata frekuensi impuls parasimpatis kedotsiliaris progresif ditingkatkan agar
objek tetap dilihat dengan jelas.
Pada
bagian belakang bola mata terdapat macula
lutea atau fovea nasal atau fovea centralis atau bintik kuning (bagian
dari retina yang paling peka terhadap cahaya) yang merupakan tempat penerima
benda yang dilihat oleh mata, karena di tempat ini terdapat sel batang (basilus) dan sel kerucut (conus) sebagai reseptor penglihatan,
sementara pada bagian superiornya terdapat bintik buta (blind spot) yang tidak peka terhadap cahaya karena pada bagian ini tidak
terdapat sel batang dan sel kerucut. Sel batang sendiri merupakan sel yang
dapat melihat dengan cahaya yang kecil (redup) misalnya pada malam hari,
sedangkan sel kerucut untuk melihat pada siang serta warna.
c. Alat Yang
Digunakan : Cermin,
senter, tabung dari kertas sepanjang 15 mm dengan lubang pada dasar (diganti
dengan sedotan)
d. Jalannya Percobaan : Reaksi
pupil tanpa mengguakan apapun
-
Mata diberi cahaya senter secara
tiba-tiba dan secara langsung didepan mata tanpa ada perantara apapun, kemudian
lihatlah reaksi yang terjadi pada pupil praktikan.
Reaksi Pupil melalui
sedotan
-
Mata diberi cahaya senter melalui lubang
sedotan yang diarahkan sejajar dengan mata praktikan, kemudian lihatlah reaksi
yang terjadi pada pupil praktikan.
Reaksi Pupil melalui
cermin
-
Mata diberi cahaya melalui pantulan
cahaya yang dipantulkan olh cerim yang kita hadapkan sejajar dengan mata
praktikan, kemudian lihatlah reaksi yang terjadi pada pupil praktikan.
e. Hasil Percobaan :
Reaksi
Pupil tanpa menggunakan apapun
-
Setelah mata praktikan diberi cahaya
senter secara tiba-tiba terlihat pupil praktikan mengecil dengan cepat.
Reaksi Pupil dengan
menggunakan sedotan
-
Pupil pada praktikan membesar
Reaksi Pupil melalui
cermin
-
Mata praktikan yang terkena pantulan
cahaya dari cermin dihadapannya memberikan reaksi dengan pupil yang membesar
dan mengecil.
f. Hasil Sebenarnya : - Mata yang terkena cahaya secara tiba-tiba
akan memberikan reaksi pupil yang
mengecil dengan cepat dan iris akan mendekat cepat, sedangkan mata yang tidak
terkena cahaya secara tiba-tibapupil akan mengecil secara lambat dan iris pun
mengecil secara lambat.
-
Pupil mata tergantung iris (semacam oto
kecil), sifat iris ada dua :
o
Mendekat bila cahaya masuk terlalu
terang
o
Menjauh bila cahaya masuk terlalu redup
-
Jika mata tidak siap saat terkena cahaya
maka pupil akan mengecil secara langsung. Namun jika siap pupil akan mengecil
secara lambat.
g. Kesimpulan : - Pupil adalah celah lingkaran yang dibentuk oleh iris,
yang dapat mengecil dan membesar.
- Pupil dapat
melebar karena dihadapkan dengan cahaya yang redup atau dihadapkan dengan
cahaya melalui suatu perantara misalnya sedotan, seperti pada percobaan diatas.
- Refleks pupil adalah peristiwa mengecilnya pupil karena
diberikan rangsangan cahaya.
- Pupil mata
bereaksi tergantung kepada iris (semacam otot kecil).
h. Daftar Pustaka : Gunawan.
S. (2007) Biologi SMA. Jakarta:
Grasindo
Percobaan
kedua :
Indera Penglihatan
Nama Percobaan :
Aliran darah pada retina
Nama Subjek Percobaan : Adila Hadaina Arifin
Tempat Percobaan : Laboratorium
Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan : Untuk
melihat bahwa pada mata terdapat eritrosit yang berjalan sepanjang pembuluh
darah arteri dan vena.
b. Dasar Teori : Retina
atau sering juga disebut sebagai selaput jala. Merupakan lapisan yang terdalam,
terdapat pembuluh darah arteri dan (atau disebut juga sebagai pembuluh nadi –
fungsinya untuk membawa darah dari jantung keseluruh tubuh) dan vena (disebut
juga sebagai embuluh balik – fungsinya untuk membawa darah dari seluruh tubuh
ke jantung) yang mengatur aliran darah pada mata.
c. Alat Yang Digunakan : Senter, kaca reben ayau kacamata hitam
d. Jalannya Percobaan : Aliran
darah pada retina secara langsung
-
Mata praktikan melirik kesebelah kiri
kemudian diberi cahaya dari sebelah kanan oleh cahaya senter, kemudian
perhatikanlah apa yang terjadi pada retina praktikan.
Aliran darah pada
retina melalui kaca reben
-
Mata praktikan melirik kesebelah kiri
kemudian diberi cahaya dari sebelah kanan oleh cahaya senter tetapi cahaya
tersebut diberi perantara yaitu kaca reben yang menutupi cahay langsung menuj
mata praktikan, kemudian perhatikanlah apa yang terjadi pada retina praktikan
jika cahaya senter tersebut di beri
perantara melalui kaca reben.
e. Hasil Percobaan : Aliran darah
pada retina yang terkena cahaya secara langsung terlihat lebih jelas lebih
tebal dan kemerah-merahan yang begitu jelas, namun aliran darah pada retina
yang terkena cahaya melalui kaca reben terlihat lebih tipis dibandingkan yang
terkena cahaya secara langsung.
f.
Hasil Sebenarnya : Jika praktikan melirik kearah kiri dan
dari arah kanan matanya diberi cahaya senter dan sebaliknya, maka pada retina
akan terlihat pembuluh arteri (pembuluh darah yang membawa darah dari jantung
keseluruh tubuh, disebut pembuluh nadi) atau vena (pembuluh balik) yang
bergerak.
Karakteristik
pembuluh darah arteri : pada arteri terlihat merah, aliran darah lebih cepat
dan tebal, berfungsi untuk membawa darah dari jantung keseluruh tubuh.
Karakteristik
pembuluh darah vena : aliran darah lebih lambat dan tipis, dan berfungsi untuk
membawa darah menuju ke jantung.
g. Kesimpulan : Pada
mata terdapat eritrosit yang berjalan sepanjang pembuluh darah arteri dan vena.
Di dalam retina terdapat pembuluh darah arteri dan vena yang memiliki fungsi
masing-masing.
Pembuluh darah arteri lebih terlihat tebal
dibandingkan dengan pembuluh darah vena, aliran darah pada pembuluh darah
arteri pun lebih cepat dibandingkan dengan pembuluh darah vena. Itu alasan
mengapa saat diberi sorotan cahaya pembuluh darah arteri lebih terlihat merah
dibandingkan dengan pembuluh darah vena.
h. Daftar Pustaka : Gunawan. S.
(2007) Biologi SMA. Jakarta: Grasindo
Percobaan
ketiga :
Indera Penglihatan
Nama Percobaan : Visus
(keajaman penglihatan)
Nama Subjek Percobaan : Adila
Hadaina Arifin
Tempat Percobaan :
Laboratorium
Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan : Untuk
mengetahui ketajaman mata seseorang.
b. Dasar Teori : Visus
atau ketajaman penglihatan baik bila diuji dengan Optotype Snellen. Untuk mengetahui visus dengan menggunakan suatu
pemecahan matematis yang menyatakan perbandingan dua jarak, yang merupakan
perbandingan ketajaman penglihatan seseorang dengan ketajaman penglihatan orang
normal.
Penglihatan
mata normal disebut emitropi. Sdangkan bila benda yang dilihat jatuh didepan fovea nasalis disebut rabun jauh (myopi). Penyebabnya adalah lensa mata
terlalu cembung dan untuk mengatasi hal ini dapat diperbaiki dengan menggunakan
kacamat lensa cekung (negatif). Bila benda yang jatuh di belakang fovea nasalis, maka disebut rabun dekat
(hypermetropi). Penyebabnya adalah
lensa mata terlalu pipih dan hal ini dapat diperbaiki dengan menggunakan
kacamata lenca cembung (positif). Bila seseorang mengalami rabun jauh dan rabun
dekat secara bersamaan (astigmatisma),
maka dapat diperbaiki dengan kacamata jenis silindris yang berfungsi sebagai
perbaikan rabun jauh dan rabun dekat sekaligus.
c. Alat Yang Digunakan : Optotype Snellen.
d. Jalannya Percobaan : Praktikan
berdiri sekitar kurang lebih 3,5 meter dari depan Optotype Snellen.
e. Hasil Percobaan :
Skala
= 120 (mata kanan dan kiri)
f. Hasil Sebenarnya : Tidak ada hasil sebenarnya
g. Kesimpulan :
- Ketajaman
penglihatan seseorang dapat diukur
-
Rabun jauh disebabkan karena lensa mata
yang terlalu cembung,
-
Rabun dekat disebabkan karena lensa mata
yang terlalu pipih.
h. Daftar Pustaka : Gunawan.
S.(2007)Biologi SMA. Jakarta:
Grasindo
Percobaan keempat : Indera
Penglihatan
Nama Percobaan : Membedakan warna dan percampuran warna secara objektif
Nama Subjek Percobaan : Adla Hadaina Aifin
Tempat Percobaan : Laboratorium
Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan : Untuk
mengetahui apakah seseorang dapat membedakan warna atau buta warna.
b. Dasar Teori : Untuk
membedakan sebuah warna tentunya sangat sulit bagi penderita buta warna. Buta
warna merupakan kelainan yang disebabkan karena ketidakmampuan sel-sel kerucut
mata untuk menangkap suatu spectrum warna tertentu yang disebabkan karena
factor genetis. Kelainan genetic ini lebih sering dialami oleh laki-laki
dibandingkan dengan wanita. Hal ini disebabkan karena kelainan genetic ini
dibawa oleh kromosom X (kromosom pada perempuan XX, kromosom laki-laki XY).
Buta
warna ada dua jenis yaitu buta warna yang permanen atau buta warna total dan
buata warna temporer. Buta warna permanen merupakan buta warna yang tidak dapat
melihat warna dasar seperti merah dan hijau, karena kedua warna ini akan
terlihat hitam, sementara warna kuning dan biru akan terlihat seperti warna
terang. Buta warna temporer akan memperlihatkan bahwa seseorang tidak dapat
membedakan warna muda atau warna-warna lainnya karena orang yang buta temporer
aka menyebutkan satu warna dasar saja.
c. Alat Yang Digunakan : Kaca
biasa, benang wol berbagai warna, kertas berwarna merah, hijau, kuning dan
biru.
d. Jalannya Percobaan : Percobaan
pada kaca dan kertas warna
-
2 kertas dengan warna yang berbeda
disimpan sejajar dan diantara kertas tersebut disimpan kaca yang dimiringkan
dengan kemiringan sekitar 60 derajat.
Kertas
merah >< kertas biru
Kertas
merah >< kertas kuning
Kertas
kuning >< kertas biru
Percobaan dengan benang wol
-
Benang
wol dengan berbagai warna digumpal menjadi sebuah gumpalan benang wol
berwarna-warni, kemudian asisten dan praktikan memegang satu satu gumpalan
tersebut, kemudian asisten mengambil satu persatu benang yang kemudian diikuti
dengan praktikan dan warna yg di ambil oleh praktikan harus sesuai dengan warna
yang asisten ambil, dengan cepat tanpa berpikir benang yang asisten ambil
berwarna apa.
e. Hasil Percobaan : Percobaan
pada kertas warna dan kaca
Kertas
merah >< kertas biru =
Ungu
Kertas merah ><
kertas kuning = Orange
Kertas kuning ><
kertas biru =
Hijau
Percobaan dengan menggunakan benang
wol
Dari
kelima benang warna yang diambil oleh
praktikan hanya 3 warna yang sesuai dengan warna yang diambil oleh asisten.
f.
Hasil Sebenarnya : Kertas
merah >< kertas biru =
Ungu
Kertas
merah >< kertas kuning = Orange
Kertas kuning
>< kertas biru =
Hijau
Percobaan dengan menggunakan benang wol
-
Percobaan benang wol disebut dengan uji Holmgren.
-
Hijau merupakan warna penetral
g. Kesimpulan : - merah, hijau, kuning dan biru merupakan warna dasar
- Warna
hijau merupakan warna penetral
- Buta
warna merupakan kelainan yang disebabkan karena faktor genetis atau keturunan
-
h. Daftar Pustaka : Gunawan. S. (2007) Biologi SMA. Jakarta: Grasindo